Masalah pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah lama ditemukan. Tapi entah kenapa seperti benang kusut yang tak kunjung selesai. Padahal pendidikan menjadi tiang kemajuan bangsa di mana saja.
Ingat Vietnam, negara yang dulunya tidak terlalu didengar dalam aspek pendidikan kini sudah bercokol pada peringkat 12 penilaian kemampuan belajar Internasional (sumber). Juga Malaysia yang dulu masih jauh tertinggal kini justru melesat pesat menjadi destinasi mahasiswa di Indonesia.
Kami akan mengulas apa sebenarnya masalah pendidikan di Indonesia. Sumber kami adalah bacaan, juga diskusi kami dengan tokoh pendidikan Jawa Timur, DR (HC) Ir. Abdulkadir Bajara. Sosok pendiri Al Hikmah Surabaya.
Kami rangkum menjadi satu agar menemukan masalah pendidikan di Indonesia dan solusinya.
Daftar Isi
Masalah Pendidikan di Indonesia Faktor Kebijakan
Kebijakan pemerintah dalam aspek pendidikan akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi terselesaikannya masalah pendidikan di Indonesia. Ingat Jepang selepas luluh lantak kalah di perang dunia ke-2, yang pertama kali dibangkitkan adalah pendidikan, berapa jumlah guru?
Nah Indonesia punya riwayat yang unik. Dari Abdulkadir Baraja diketahui bagaimana dulu untuk menjadi guru sangatlah sulit, “Saya masuk sekolah guru ditolak. Tapi masuk SMA negeri diterima tanpa tes.”
Itu sekitar tahun 70-an. Artinya guru di Indonesia benar-benar berkualitas nomor satu. Sehingga wajar jika periode itu dan sebelumnya pendidikan di Indonesia benar-benar bermutu.
Namun sejarah berbicara lain. Guru kemudian tidak lagi mendapatkan perhatian banyak dari pemerintah, dari segi kesejahteraan, dan lain sebagainya. Yang terjadi akhirnya adalah eksodus guru-guru terbaik ke Malaysia.
Ketika itu guru tidak lagi menjadi favorit tujuan siswa Indonesia. Akibatnya adalah guru bukanlah sosok yang benar-benar cerdas dan amanah. Tapi faktanya, seolah kalau masuk jurusan keguruan, adalah tujuan setelah tidak diterima di jurusan lain.
Guru seolah berasal dari santan yang nomor dua, bukan nomor satu. Padahal inti pendidikan adalah guru. India secara fisik biasa, tapi sekolah-sekolahnya adalah terbaik. Maka sekarang banyak CEO dari India.
Kelas yang polos, di tangan guru yang kreatif akan menjadi konsep moving class yang menjadi sangat menarik. Sehingga siswa sangat senang berada di kelas.
Pendidikan Bukan Persoalan Anggaran
Masalah pendidikan di Indonesia selanjutnya adalah faktor efektivitas penggunaan anggaran pendidikan. Indonesia sebenarnya bukanlah negara pelit dalam menganggarkan uang untuk pendidikan.
PanduanTerbaik.id
Bahkan kalau dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia termasuk paling tinggi dengan memberikan porsi hingga 20-21% setiap tahun. Tapi masalahnya penggunaannya tidak efektif. Vietnam yang nilainya hampir sama dengan Indonesia jauh lebih efektif.
Masalahnya adalah moral pengguna anggaran itu. Kami ingat Prof. Nuh dalam sebuah majlis pernah menyampaikan, jika anggaran pendidikan digelontorkan kepada sekolah, ada yang jadi dua gedung, ada yang jadi satu gedung, ada yang jadi cuma tiga kelas. Karena aspek moral tadi.
Nah kalau masalah pendidikan di Indonesia dalam aspek ini, tentu kita melihat di sektor lain juga. Di Indonesia dana bantuan sosial saja dikorupsi, apalagi pendidikan. Maka berkaca pada Vietnam, seharusnya pemimpin berkomitmen memajukan pendidikan.
Masalah Kurikulum Yang Kurang Fokus
Entah sub judul kami benar atau tidak, tapi kami merasa kurikulum di Indonesia tidak pernah baku. Ganti pemerintah ganti kurikulum. Ganti menteri ganti model. Sepertinya tidak gagah kalau tidak ganti kurikulum.
Bukan masalah tidak setuju. Tapi terlalu cepat. Penerapan kurikulum butuh waktu lama. Contoh dalam periode lima tahun pemerintahan menetapkan kurikulum K21 misalkan. Untuk uji coba di kelas bisa satu tahun. Belum lagi sekolah yang belum siap di pedalaman.
Mungkin baru tahun ketiga sekolah-sekolah sudah mulai terbiasa dengan perubahan kurikulum. Baru dua tahun, pemerintah sudah ganti. Tahu-tahu ganti kurikulum lagi. Buku ganti lagi. Proyek lagi.
Padahal inti persoalan di Indonesia adalah karakter pendidikan yang lemah. Vietnam punya kurikulum yang fokus. Kuncinya di situ. Jangan memberikan banyak hal tapi tidak perlu. Pelajaran jumlahnya 15, yang diujikan hanya empat.
Menomor Duakan Agama dalam Pendidikan
Masalah pendidikan di Indonesia selanjutnya adalah menomor duakan pendidikan agama. Kami berpendapat demikian karena inti masalah ada pada karakter yang lemah, integritas yang hilang, agama menjadi penentu.
Fakta di lapangan, sekolah kristen menjadi sekolah-sekolah yang melahirkan juara-juara nasional dan internasional. Begitu pula dengan sekolah Islam yang kini mulai banyak tumbuh menjadi sekolah juara. Tengok saja Boarding School di Bandung, Boarding School di Bogor.
Sekolah yang bernafaskan nilai agama akan melahirkan guru spiritual. Inilah yang hilang dari siswa, jiwa yang dipenuhi sosok spiritual. Maka ke depan, sekolah negeri yang biasa, akan ditinggal oleh siswa, dan akan merujuk kepada sekolah berbasis agama.
Sekolah Khusus Guru sebagai Solusi
Jika dulu ada sekolah khusus guru, maka sekarang harus dijadikan menjadi lebih bergengsi agar menarik SDM berkualitas masuk ke dalamnya. Sehingga akar masalah pendidikan di Indonesia bisa terselesaikan.
Contoh S1 khusus guru gratis, plus penempatan di sekolah-sekolah terbaik di Indonesia. Seperti model STAN, dan lain sebagainya. Kalau sudah ada, harus diperbanyak. Sehingga orang pintar masuk ke dalamnya.
Kami yakin akan menyedot banyak perhatian dari kalangan intelektual, atau calon intelek. Karena banyak anak pintar lahir dari keluarga tidak mampu. Ingat Vietnam, salah satu kunci suksesnya investasi pada guru.
Kami selalu menyebut Vietnam karena dekat dengan Indonesia, dan bangkit dalam waktu yang tidak lama. Tidak perlu jauh-jauh ke Eropa. Kalau mau jauh sedikit ke India. Pendidikan di negeri Bollywood ini mengagumkan. Maka banyak film pendidikan dari India.
Masalah Fasilitas Pendidikan di Indonesia
Masalah pendidikan di Indonesia yang terakhir adalah aspek fasilitas pendidikan. Indonesia masih memiliki sekolah yang siswanya kalau masuk justru takut. Takut roboh, takut genteng jatuh, dan lain sebagainya.
Ini jangan sampai terjadi. Pemerataan fasilitas gedung yang standard sangat perlu dilakukan di Indonesia. Sehingga tidak terjadi rasa minder di kalangan sekolah yang reot. Harus bangkit, dan pemerintah harus peka. Jangan sampai mencampur pendidikan dengan pencitraan.
Jika dicampur maka permasalahan pendidikan di Indonesia dan solusinya tidak akan bertemu. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Tahun 2021 dan 2022 adalah tahun kritis pendidikan karena pandemi.
One comment