Penyebab Rendahnya Pendidikan di Indonesia

Penyebab Rendahnya Pendidikan di Indonesia | Akumulasi Stigma

Posted by

Penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia patut dipertanyakan. Hal ini karena dalam survei terbaru CEOWORLD magazine pada 2020, Indonesia hanya masuk peringkat 70 dari total 93 negara yang diurutkan di dunia (sumber).

Tentu hal ini cukup miris sekali. Sehingga kami akan mengulas penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia sehingga belum mampu bersaing dengan kualitas pendidikan di luar negeri. Kami himpun dari beragam sumber.

Stigma di Masyarakat

Satu hal yang menurut kami menjadi penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah stigma masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah anggapan bahwa anak sukses ketika mampu meraih nilai yang tinggi atau nilai yang maksimal.

Jadi yang dianggap sukses selalu yang pintar. Padahal kecerdasan adalah sesuatu yang given dan kemungkinan untuk diubah tidak mudah. Sedangkan manusia memiliki titik kecerdasan yang berbeda-beda. Maka jika dipaksakan hasilnya tidak akan optimal.

Memang baru-baru ini mulai banyak yang menghargai minat dan bakat siswa, namun masih belum menjadi hal yang lumrah. Inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia, orang tua terlalu memaksa anak menjadi pintar meski sebenarnya adalah berbakat.

Pendidikan Berbasis Buku

Di Indonesia hampir semua pendidikan lebih identik dengan buku. Sehingga orang memahami secara teoritis. Efeknya mereka buta di dunia praktis. Hal ini terutama terjadi pada jenjang dasar dan menengah.

Pendidikan di Indonesia jarang berbasis riset. Karena gurunya juga tidak terbiasa dengan riset. Hal inilah yang menjadikan kemampuan siswa menjadi lemah. Daya risetnya rendah dalam banyak aspek bidang. Inilah yang seharusnya diperbaiki.

Tidak Menumbuhkan Ingin Tahu

Kami pernah berdiskusi tentang pendidikan dengan Alm Prof. Mahmud Zaki, beliau merupakan rektor ITS selama dua periode. Beliau menyampaikan kalau siswa di Indonesia ketika ikut lomba tingkat internasional banyak yang juara. Tapi kalau sudah berbicara terkait dunia kerja, nanti dulu.

Hal ini karena pendidikan di Indonesia tidak menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri siswa. Yang ada hanyalah dicekoki buku-buku saja. Sehingga siswa akan unggul dengan siswa lain di luar negeri, karena mungkin yang diterima lebih banyak.

Tapi ketika tumbuh dewasa, siswa tidak memiliki kemandirian sifat rasa ingin tahu. Selalu ingin dicekoki. Maka kemampuan untuk belajar mandiri menjadi rendah. Pada akhirnya kemampuan meningkatkan kapasitas juga menjadi rendah.

Kualitas Guru di Indonesia

Memang banyak guru yang berkualitas. Tapi kalau bicara lebih banyak mana guru yang berkualitas dengan yang tidak. Maka jawabannya yang tidak. Mengapa demikian, pertama banyak yang masuk jurusan keguruan karena sudah tidak diterima di jurusan bergengsi, artinya inputnya sudah tidak wah.

Kedua, coba tanyakan kepada guru Anda berapa kali rapat membahas masalah siswa, cara peningkatannya dibanding membahas masalah kepangkatan, tunjangan, atau lain sebagainya. Kira-kira lebih banyak mana? Hehehe. Atau pernahkan membahas untuk mendoakan siswa yang nakal?

Inilah yang selanjutnya membuat miris dan pada akhirnya novel Laskar Pelangi sangat menginspirasi. Karena Indonesia rindu akan guru-guru yang sangat perhatian terhadap siswa-siswanya. Jika tidak, penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia tidak akan terselesaikan.

Tidak Mengenal Kegagalan

Entah sejak kapan di pendidikan Indonesia terjadi yang namanya lulus 100% menjadi sebuah prestasi. Menurut kami salah satu aspek pendidikan adalah ketahanan dari kegagalan, dan belajar mencapai kesuksesan.

Jika siswa tidak mengenal yang namanya kegagalan, maka di masa depan mereka tidak terbiasa dengan menghadapi kegagalan-kegagalan menuju kesuksesan. Jika Anda ke pelosok desa, akan menemukan siswa kelas empat SD yang membaca masih terbata-bata.

Ya harus dinaikkan, karena kalau tidak orang tuanya marah-marah. Dituntut, bahkan dijelek-jelekkan. Ya sudah akumulasi lingkaran kebersamaan. Pokoknya beginilah indahnya pendidikan di Indonesia. Akumulatif.

Mengesampingkan Attitude

Kita semua hafal yang namanya guru adalah sebuah singkatan dari digugu dan ditiru, yang artinya tindak tanduknya adalah sebuah panutan. Dengan kata lain pendidikan sebenarnya adalah persoalan mengajarkan attitude.

Sayangnya yang terjadi tidaklah semudah membalik telapak tangan. Justru attitude siswa sulit dikendalikan di dalam sekolah. Misalkan gurunya menerangkan, siswa di belakang main sendiri, atau tidur-tiduran, itu sudah sering terjadi.

Padahal di dunia kerja attitude menjadi aspek yang paling utama dikedepankan. Sedangkan kompetensi bisa ditingkatkan. Inilah yang kemudian menyebabkan sekolah berbasis agama tumbuh subur. Mereka menekankan aspek pendidikan attitude yang hilang di sekolah-sekolah.

Terlalu Cepat Berganti

Entah kenapa ini perasaan kami atau semua merasakan. Ketika ada perubahan menteri, sudah bisa dipastikan akan banyak perubahan besar-besaran, mulai dari kurikulum, buku, hingga banyak aspek lainnya.

Bukan masalah itu tidak bagus, tapi tidak semua sekolah siap untuk melaksanakan dengan cepat. Misalkan periode kementrian lima tahun, ketika diganti sistem butuh dua tahun untuk pengenalan. Indonesia luas lho. Itu baru pengenalan.

Barulah kemudian di tahun ketiga keempat bahkan kelima mulai membiasakan. Guru harus dilatih ini dan itu. Belum tuntas, sudah ganti kebijakan lagi. Pastinya tertinggal.

Ini harus menjadi kesadaran bahwa tidak semua bisa demikian. Menurut kami ini salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia. Jika ingin membaca akar masalah pendidikan bisa dibaca di sini.

Link Artikel Penyebab Rendahnya Pendidikan PDF

Jika ingin membutuhkan link artikel Penyebab Rendahnya Pendidikan PDF bisa klik link yang kami sediakan berikut ini. Semoga bisa membantu kebutuhan Anda.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *