Ciri-ciri kurikulum PAUD menjadi pijakan yang wajib dipahami dan dimengerti oleh para guru/pengajar di masa modern seperti saat ini.
Apalagi mengacu pada peraturan pemerintah (PP) No 2 Tahun 2018, pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan kesetaraan dasar yang harus dirasakan masyarakat.
Berangkat dari itu, kami ingin berbagi mengenai ciri-ciri kurikulum PAUD yang sudah kami rangkum dari berbagai literatur. Selamat membaca!
Daftar Isi
Perkembangan Kurikulum PAUD
Perkembangan kurikulum PAUD di Indonesia mengalami beberapa perubahan dan perkembangan dalam kurun waktu yang cukup lama. Sekitar tahun 1964, kurikulum PAUD lebih dikenal dengan pendidikan Pancawardhana-nya, yakni pendidikan moral pancasila.

Kemudian pada 1977 kurikulum berubah beberapa bagian seperti pendidikan agama diintegrasikan pada moral pancasila, bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan persiapan membaca, menulis, berhitung.
Selanjutnya kurikulum PAUD disempurnakan lagi pada 1984 yang lebih berorientasi pada minat, bakat, dan kemampuan siswa. Kurikulum PAUD terus berkembang hingga yang terbaru pada tahun 2013 yang merumuskan pendidikan siswa menggunakan pendekatan tematik.
Ciri Khusus Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD yang telah mengalami banyak perubahan kini akhirnya menetapkan beberapa ciri khusus sebagai konsekuensi dikhususkannya pendidikan anak usia dini, antara lain:
Pendidikan terpadu
Konsep pendidikan PAUD bukan hanya pendidikan terintegrasi, tetapi juga bersifat terpadu. Sistem pembelajaran PAUD di kelas sifatnya tematik dan diaplikasikan dengan pendekatan saintifik dalam merangsang keinginan belajar siswa secara kontekstual.
Jadi guru atau pengajar memberikan pelajaran sesuai tema dan tema yang dipilih yang paling dekat dengan anak, misalnya: diriku, keluargaku, buah-buahan, hewan, dan lain sebagainya.
Proses belajar pun harus dilaksanakan dalam suasana menyenangkan sehingga anak bisa bebas bereksplorasi tanpa melanggar aturan belajar bersama.
Bersifat dinamis
Kurikulum PAUD sejatinya memang harus dinamis, maksudnya adalah terus berkembang tanpa harus menunggu sekian tahun untuk direvisi.
Dinamisasi kurikulum PAUD juga perlu disesuaikan dengan kondisi dan kekhasan potensi daerah untuk kemajuan pendidikan daerah di masa kini dan mendatang.
Contoh dari kurikulum PAUD di desa pengunungan misalnya sedang panen buah strawberry, maka anak-anak bisa diajak pergi ke kebun dan belajar montessori dari kegiatan memetik buah, mengenal lingkungan sekitar, petani, dan lainnya.
Sesuai dengan perkembangan anak
Usia 0-5 tahun adalah golden age anak-anak. Periode emas dalam masa perkembangan anak ini tentunya harus dimaksimalkan oleh para orang tua, termasuk guru PAUD.
Nah bagaimana caranya kurikulum PAUD bisa memberikan hasil maksimal pada periode emas anak? Jawabannya adalah dengan memberikan stimulasi sesuai perkembangan anak baik dari aspek nilai agama dan moral.
Selain itu juga stimulasi fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, hingga seni secara seimbang dan tidak lupa untuk melakukan screening atau deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) pada anak di posyandu, puskesmas, atau rumah sakit.
Menggunakan penilaian otentik untuk memantau perkembangan anak
Ciri-ciri kurikulum PAUD lainnya adalah menggunakan penilaian otentik secara berkelanjutan untuk mendapatkan data dan mengukur kemajuan perkembangan yang dicapai anak setelah mengikuti program belajar dengan kurikulum PAUD.
Guru atau pengajar memberikan laporan perkembangan yang ditulis secara deskriptif yang menggambarkan capaian perkembangan anak yang nantinya bisa dijadikan bahan evaluasi proses belajar selanjutnya.
Melibatkan peran orang tua dalam proses belajar
Demi meningkatkan kualitas belajar anak, kurikulum PAUD membutuhkan peran orang tua untuk hadir terlibat selama proses pembelajaran.
Merujuk pada program pengasuhan terprogram, presentase kehadiran orang tua setidaknya 900 menit (15 jam) dalam sepekan.
Artinya pusat pendidikan bukan hanya di kelas saja oleh guru, tetapi juga belajar bersama orang tua di rumah termasuk orang-orang dewasa yang ada di sekitar lingkungan anak.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP)
Berdasarkan ciri-ciri kurikulum PAUD di atas, rasanya masih kurang pas jika kami tidak menjabarkan apa saja standar tingkat pencapaian perkembangan (STPP) yang merupakan kriteria minimal kualifikasi perkembangan anak.
Nilai-nilai agama dan moral
Siswa mampu mengenal agama yang dianut, mampu mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, hormat orang tua, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dll.
Fisik motorik
Guru memperhatikan perkembangan fisik motorik siswa baik motorik kasar (mampu menggerakkan tubuh secara terkoordinasi, aktif), motorik halus (mampu menggunakan alat untuk bereksplorasi seperti memegang pensil.
Ditambah lagi eksplorasi menggunting kertas, mampu mengekspresikan diri secara verbal), kesehatan dan perilaku kesehatan (perkembangan fisik siswa sesuai dengan usianya, peduli kesehatan diri dan lingkungan bersih).
Kognitif
Siswa mampu belajar dan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, mengenal berbagai perbedaan, pola, sebab-akibat, berani berinisiatif.
Bahkan memiliki kemampuan berpikir simbolik seperti mengenal, menyebutkan, dan menggunakan bilangan angka, mengenal abjad, dan mampu mempresentasikan berbagai benda dalam bentuk gambar sederhana.
Bahasa
Dalam aspek bahasa siswa bisa memahami cerita, perintah, mengajukan dan menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, mampu memahami hubungan bentuk dan bunyi huruf, memahami kata dalam cerita.
Sosial-emosional
Siswa mampu mengenal perasaan sendiri, berani bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, dan menghargai hak dan pendapat orang lain.
vDemikian pemaparan singkat mengenai ciri-ciri kurikulum PAUD. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan baru para pembaca. Jika ingin mengetahui perbedaan dengan kurikulum cambridge, bisa dibaca di sini.