Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu inovasi pendidikan era millenial. Sebuah model pembelajaran yang lahir dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir kreatif dan belajar dari pengalaman pribadi dan bukan dari cerita-cerita yang disampaikan guru selama di kelas.
Penasaran seperti apa model pembelajaran ini? Berikut kami akan mengulas pengertian, tujuan, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran konstruktivisme. Kami rangkum dari berbagai literatur jurnal dan juga artikel tambahan.
Daftar Isi
Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Pada dasarnya, ada banyak pengertian pembelajaran konstruktivisme. Namun, Gagnon dan Collay menyebutkan bahwa belajar menjadi lebih efektif jika siswa memiliki chemistry dengan objek yang sedang dipelajari.
Selain itu, metode pembelajaran konstruktivisme erat kaitannya dengan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) dan konsep belajar bermakna (meaningful learning).

Singkatnya, metode pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang sifatnya generatif, bagaimana siswa menyusun sendiri ilmu pengetahuannya secara mandiri dari pengalaman yang telah dialami dan tidak menerima mentah-mentah dari guru.
Tujuannya jelas, yakni melatih siswa untuk belajar lewat memahami bukan menghafal, mandiri mencari informasi, disiplin mengejar target. Bisa dibilang, model pembelajaran konstruktivisme zaman now banget.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Konstruktivisme
Nah, apa saja karakteristik utama atau ciri-ciri yang mengidentifikasikan model pembelajaran konstruktivisme? Berikut beberapa ciri-cirinya.
1. Proses top-down
Proses belajar siswa dimulai dari masalah-masalah yang lebih kompleks untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya dengan bantuan guru atau pengajar.
2. Pembelajaran kooperatif
Maksud pembelajaran kooperatif di sini adalah siswa diperbolehkan membangun diskusi-diskusi bersama temannya untuk memecahkan atau memahami konsep sulit yang sedang dipelajarinya.
3. Generatif atau generative learning
Model pembelajaran konstruktivisme juga dipadu dengan metode pembelajaran generatif, yang artinya, memungkinkan siswa untuk menggabungkan ilmu pengetahuan lama dengan ilmu pengetahuan baru yang dimilikinya
4. Pembelajaran dengan penemuan
Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa dituntut untuk belajar lebih aktif sehingga bisa menemukan hal-hal baru untuk menambah ilmu pengetahuan.
5. Pembelajaran dengan pengaturan diri
Pembelajaran konstruktivisme memberikan siswa ruang untuk membangun ilmu pengetahuannya sendiri, yang artinya siswa diberikan hak butuh mengatur dirinya sendiri atau self regulated learner.
6. Scaffolding
Peran seorang guru tetaplah ada meskipun siswa didorong untuk bisa belajar mandiri, karena itu guru diperbolehkan membantu siswa dalam proses belajarnya.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Konstruktivisme
Selama proses belajar, tentunya ada langkah-langkah yang diperlukan agar sesuai dengan target hasil pembelajaran konstruktivisme itu sendiri.
Yang pertama adalah orientasi. Fase perkenalan atau orientasi bertujuan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperhatikan dan mengembangkan ide-ide dari topik materi yang akan dipelajari.
Kedua adalah elicitasi. Apa yang dimaksud dengan elicitasi? Elicitasi merupakan fase di mana siswa bisa mendiskusikan ide-ide dasarnya dibantu oleh guru melalui presentasi atau tulisan di hadapan teman-temannya.
Selanjutnya yang ketiga yakni rekonstruksi ide. Pada fase rekonstruksi ide ini, siswa bisa saling mencocokkan ide satu sama lain lewat diskusi.
Tahap keempat yaitu aplikasi ide. Yakni mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan temuan yang telah dilakukan oleh siswa. Pada tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator penampung pendapat siswa.
Terakhir, review. Pada review, siswa bisa mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam kehidupan sehari-hari dan mengamati, apakah siswa akan melakukan revisi gagasan dengan menambah keterangan dan atau melengkapi yang masih kurang.
Baca:
Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Yang Efektif
Metode Pembelajaran Daring Yang Praktis
Pembelajaran Problem Based Learning
Kelebihan dan Kekurangan
Dalam penerapannya, model pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :
1. Model pembelajaran ini memberikan ruang bagi siswa untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara eksplisit, membagikan pengetahuan ataupun informasi yang dimiliki kepada temannya, dan memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Melatih kemampuan critical thinking siswa dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan mencari sendiri jawabannya (problem solving).
3. Dengan pembelajaran konstruktivisme, membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep secara lengkap, artinya memberikan kesempatan siswa untuk berimajinasi luas.
4. Membangun kepercayaan diri siswa sehingga berani menjadi pemikir mandiri dan mengemukakan gagasannya di hadapan teman-temannya.
Sedangkan dari sisi kelemahan model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran ini sulit mengubah keyakinan guru yang sudah menggunakan metode pembelajaran tradisional selama bertahun-tahun.
2. Guru dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran dan menggunakan media ajar kepada siswa.
3. Adaptasi model pembelajaran konstruktivisme memakan waktu yang cukup lama, mengingat tidak semua sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang keaktifan dan kreativitas siswa.
4. Sering terjadi miskonsepsi karena siswa ditekankan untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka, sedangkan pengetahuan siswa sering kali berbeda dengan pengetahuannya para ilmuwan.
Setelah uraian singkat ini, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme, siswa didorong untuk bisa menyusun sendiri pengetahuan yang dimilikinya melalui keterlibatan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) selama di kelas. Semoga bermanfaat.