Episode 4 Kekasihku Ternyata…

Posted by

Sudah dua hari ini Fida tinggal di tempat Rina, teman sekolah satu kelas, teman paling dekat. Rumah Rina seolah sudah menjadi rumah Fida, hampir seminggu dua kali, dan seringnya lebih, Fida bermalam di rumah Rina. Rumahnya biasa, jauh bila dibandingkan dengan rumah Fida, mobil Honda Jazz Fida yang parkir di depan rumah Rina tak punya garasi, hanya mepet di tepi jalan. 

Fida malas pulang, ia paling ketemu mbok’e sama Pak’e. Padahal di rumah Rina paling hanya di kamar, di kasur yang terhampar di lantai, tidak ada pendingin ruangan, hanya kipas angin, itu juga yang beli Fida. Kegiatannya tak jauh dari baca majalah, nonton tv, film, atau facebookan sambil chattingan.

“Kamu mau kuliah di mana Fid?” Rina sambil tengkurap melirik ke arah Fida yang terus berkutat dengan status-status facebook.

“Clung!” suara ada pesan masuk di facebook terdengar, “Ga’ tahu, nanti aja.”

“Harus dari sekarang lho Fid. Teman-teman dah pada sibuk, si Tonggi mau ke UI, kalau Tima mau ke Gunadarma. Paling tidak kamu tahu jurusan apa yang mau kamu tuju Fid.”

Fida terus sibuk dengan laptopnya, “Aku pengin kedokteran, tapi aku nunggu Papah Mamah dulu.”

Rina mengangguk, tapi tiba-tiba Fida menutup laptopnya, “Kamu bisa bawa mobil ga’ Rin?”

“Kenapa tiba-tiba kamu tanya gitu?” Rina langsung duduk.

“Aku janjian ketemuan dengan seseorang,” Fida tersenyum bungah.

“Cowok?”

Fida mengangguk-angguk.

“Yang selama ini chatting sama kamu?”

Fida sekali lagi mengangguk sembari memangku laptop.

“Belum tentu baik lho Fid. Dan banyak kasus kenalan di facebook ternyata mereka jahat,” Rina berharap Fida tak terlalu cepat ingin bertemu.

“Ayo sudah ikut aku,” Fida menarik tangan Rina.

“Sebentar,” Rina harus ganti baju.

Ah Cowok Itu…

Tak peduli matahari hendak tenggelam, tak peduli macet berada di puncaknya, Fida bersama Rina menuju Depok. Padahal saat itu banyak pekerja pulang menuju bogor, tapi Fida kukuh tetap ingin bertemu pria dari dunia maya. Fida berganti kaos di dalam mobil, sengaja pindah ke kursi belakang, ia pakai celana jeans, rambut yang biasa ia gerai dikucir, diikat dengan karet gelang.

“Kenapa sih Fid, kamu kok ngebet banget? Belum tentu baik, mending Ridwan yang setiap hari ngejar-ngejar kamu, kita tahu siapa dia, dari mana dia,” sembari menarik tuas kopling Rina masih sempat menasehati.

Fida hanya tersenyum, “Hitung-hitung cari hiburan.”

Yang dituju Fida bukanlah kafe, hanya foodcourt di salah satu mall depok. Sampai di mall yang dituju langit sudah gelap, tapi mall semakin sesak, pengunjung mulai berdatangan, kebanyakan anak seusia Fida. Fida perlahan gandeng Rina, ia juga tidak ingin langsung bertemu, ia coba sms sembari bersembunyi di balik salah satu stand makanan. Dalam hati Fida tak memungkiri kalau dirinya juga takut dibohongi. Berdua hanya berdiri sambil mata berkeliaran mencari.

“Aku di meja dekat tangga,” satu sms masuk.

Seketika itu Fida melirik ke salah satu meja dekat tangga. Memang benar, ada satu pria tampan duduk sendirian, berkaos, hanya berteman satu gelas juice melon, tampak tenang menunggu, hanya sesekali bermain handphone. Jantung Fida berdegup setengah riang, setengah gugup. 

“Mana Fid?” Rina sudah rewel.

“Kamu di sini saja, pesan makanan yang kamu suka, aku yang traktir,” mata Fida sudah menatap ke satu tujuan.

pexels.com

Rina tak lagi bertanya, itu artinya ia harus duduk manis menunggu Fida. Ia melihat selangkah demi langkah Fida berjalan menuju satu meja di antara lalu lalang orang, di tengah hiruk pikuk pengunjung. Fida terlihat sedikit canggung, dan di sebuah meja ia berhenti, Rina melihat pria yang dituju langsung tak percaya, tampak cool, tampan, senyumnya manis, kharismatik, cocok dengan Fida.

Fida belum duduk, tersenyum sejenak memandang. Pria di hadapannya yang awalnya duduk berdiri, tersenyum sekali, menebak, “Fida.”

Fida mengangguk. Kini giliran Fida menebak, “Irwan.”

Irwan mengangguk, “Akhirnya kita ketemu juga.”

Berdua duduk, saling berhadapan, Fida sedikit canggung, “Ga’ nyangka kita bisa ketemu.”

“Aku juga ga’ nyangka, dunia maya tidak sekejam yang aku kira.”

Fida heran, “Maksud kamu?”

“Katanya banyak profil picture palsu, tapi ternyata milik kamu asli.”

Fida garuk-garuk kepala, “Aku kira milikmu juga sama.”

Sejenak terdiam, Fida tidak tahu harus bicara apa, Irwan juga seolah kehabisan kata, ia tidak menyangka bertemu gadis begitu rupawan, dengan wajah oval, senyum manis, tubuh bak biola, mata lentik, “O ya kamu mau pesan apa?”

“Juice alpukat aja,” Fida tak henti mencuri-curi pandang ingin menatap Irwan.

Mereka baru mengenal, mereka baru bersua, serasa berbeda meski di dunia maya sudah bertukar pikiran, berbagi hati, bahkan berbagi cerita. Tapi dunia nyata selalu berbeda dengan dunia maya, Fida tidak pernah tahu siapa Irwan. Dan Irwan juga tidak tahu bahwa Fida adalah anak kandung dari Mira. Beriring lagu Di Balik Awan dari peterpan mereka terus saling bertukar kata.

Fida benar-benar terpesona dengan Irwan, begitu juga Irwan yang tak henti mengagumi sosok Fida dengan keindahan yang dimilikinya. Sayangnya mereka tidak pernah tahu ada cerita apa di balik sosok keduanya. 

Baca episode 5 Mereka Terus Memadu di link ini!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *