Analisa saham BEST Bekasi Fajar Industrial Estate | Ini merupakan saham penghuni Indeks Kompas 100, yaitu emiten-emiten yang sudah dipilih berdasarkan likuiditas, kapitalisasi pasar, dan kinerja fundamental dari perusahaan tersebut.
Kamipun ketika pusing memilih saham, maka lebih baik ambil dari indeks LQ45 atau KOMPAS100. Pilih yang sedang undervalued.
BEST menjadi objek analisa saham mengingat beberapa waktu sebelumnya sempat ramai diborong oleh asing. Oleh sebab itu kami melakukan analisa saham BEST meliputi profil perusahaan Bekasi Fajar Industrial Estate, fundamental, rasio saham BEST, histori saham BEST, analisa teknikal, prospek perusahaan ke depan, rekomendasi saham BEST.
Daftar Isi
Profil Saham BEST | Profil Bekasi Fajar Industrial Estate
Bagi investor perlu memahami perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan kawasan industri. Jadi bukan properti hunian. Tapi properti industri. Lini bisnisnya paling banyak bergerak dalam bidang jual beli lahan industri.
Ilustrasinya sederhana. Pernah lihat perumahan mewah kan? Kawasan ini dikelola oleh pengembang, tapi rumah-rumahnya rata-rata dimiliki perorangan. Begitulah Bekasi Fajar Industrial Estate (BEFA). Tapi dalam aspek kawasan industri.
Baca: 7 Kriteria saham terbaik di IHSG
Perusahaan ini sudah berdiri sejak 1989, hingga sekarang sudah berkembang cukup pesat di kawasan Bekasi. Setiap tahun bisa menjual antara 25-33 hektar lahan industri. Beberapa di antara mitranya adalah Toyota, Daihatsu, AHM, Sari Roti, Lotte, Indofood, Pantos, Unilever, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu BEFA merupakan salah satu pemain lahan industri yang cukup meyakinkan.
Kini perusahaan ini mengelola kompleks industri MM2100 dengan lahan total berjumlah 1055 hektar.
Pesaing di sektor ini adalah MDLN, KIJA, DMAS, SSIA.
Analisa Fundamental Saham BEST
Mari kita lihat terlebih dahulu dari kapitalisasi pasar saham ini, BEST dibandingkan yang lain seperti KIJA (5.1 T -2019) cenderung kecil. BEST memiliki kapitalisasi di angka 2.1 Triliun. Namun di tahun 2020 menyusut sampai setengah, yaitu 1.2 Triliun.
Analisa Laba Rugi BEST
Analisa saham BEST kami mulai dari analisa laba rugi. Dari data IPOT, BEST di tahun 2016-2019 mencatat laba yang cenderung stabil, fluktuasinya tidak terlalu tinggi. 2016 meraih 336 milyar, sedangkan 2017 meraih 483 milyar, di tahun 2018 meraih 422 milyar, di tahun 2019 meraih 380 milyar.
Jika dianalisa raihan laba ini cukup bagus. Adapun di tahun 2019 memang semua industri besar cukup berat. Terutama karena keadaan global tidak menentu dengan perang dagang antara China dan Amerika.
Jika dibandingkan dengan KIJA yang kapitalisasinya lebih besar, justru labanya cenderung sulit dimengerti. Tahun 2017 hanya 84 milyar, tahun 2018 turun menjadi 41 milyar, di tahun 2019 naik 118 milyar. Tentu aneh jika melihat kondisi global yang justru di tahun 2019 cukup berat.
Namun demikian justru di awal tahun 2020 BEST memiliki kinerja yang buruk, tercata rugi sebesar 226 milyar (Britama). Penyebab utamanya adalah buruknya penjualan lahan, terutama karena adanya pandemi korona.
Disinilah salah satu kelemahan utama dari BEST. Sangat mengandalkan pendapatan dari penjualan lahan, sekitar 90%. Jika lini ini buruk, maka bisa dipastikan kinerja buruk. Income dari hal lain belum begitu besar. Apalagi recurring income, masih belum bisa diharapkan. Investor harus mempertimbangkan hal ini.
Analisa Hutang BEST
Analisa saham BEST selanjutnya adalah dari sisi hutang. Kami sangat memperhatikan hal ini, karena semakin banyak hutang, semakin tidak maksimal untuk menghasilkan keuntungan. Contoh bagaimana BUMI sampai sekarang masih terbebani dengan hutang yang menggunung.
Dari tahun 2016 rasio hutang BEST terhadap ekuitasnya selalu dikisaran 0.4 hingga 0.5. Di tahun terakhir 2019, berada di 0.43. Rasio demikian menurut kami cukup baik. Masih bisa ditoleransi. Sehingga bisa dijadikan sarana untuk investasi. Uang cash BEFA juga cukup banyak, di awal tahun 2020 mencapai 711 milyar.
Rasio Fundamental BEST
Bagi investor, paling utama adalah Return on Equity. Masih berdasar IPOT, BEST berada di angka 9.5%-an jika diambil rata-rata. Pada tahun 2016 di angka 9.9%, tahun 2017 berada di 12.56%, sedangkan tahun 2018 berada di angka 10.13%, dan terakhir di tahun 2019 berada di angka 8.51%.
Bagi kami rasio ini tergolong cukup bagus. Berada di atas sepuluh sudah bagus. Di atas lima belas persen istimewa.
Coba kita bandingkan dengan pesaingnya, KIJA berada di angka 1-2% dalam tiga tahun terakhir. Menurut kami buruk. BEST masih bagus. Begitu pula dengan MDLN, berada di angka 5% rata-rata tiga tahun terakhir. BEST masih lebih baik.
Dibanding DMAS memang beda tipis, di angka rata-rata tiga tahun terakhir 12%. artinya BEST masih cukup baik di antara yang lain. Inilah yang membuat BEST banyak diburu oleh investor. Kemampuan menghasilkan labanya bagus. Selain DMAS.

History Saham BEST | Analisa Teknikal Saham BEST
Sisi paling aneh dari analisa saham BEST menurut kami adalah aspek history saham BEST. Yaitu analisa teknikal saham BEST. Mengapa saya katakan aneh, karena meski kinerjanya bagus, penurunan juga tidak terlalu signifikan setiap tahunnya, tapi sahamnya longsor terus.
Terhitung dari tahun 2016 sahamnya berada di kisaran 200-300. Pernah menyentuh angka 139 di November 2018, namun kemudian bangkit lagi hingga mencapai 324 di tahun Juli 2019. Selepasnya longsor tidak berdaya. Turun di angka 200, dihajar covid19 hingga mencapai angka 90-an.
Kalau dilihat secara psikologis, saham ini rata-rata di harga 250. Sudah empat tahun di angka tersebut. Sehingga jika menemukan harga di bawah itu, atau bahkan di bawah 200, maka layak untuk dikoleksi.
Apalagi di angka sekarang hanya 125, menurut kami sangat layak. Saat ini Price Book Value di kisaran 0.3. Undervalued sekali. Biasanya jika ada saham bagus, apalagi indeks Lq50 atau Kompas100, PBV berada di bawah 0.5, sudah bisa dipastikan akan diserbu.
Meskipun memang keadaan sekarang, lahan industri sangat menantang. Permintaannya pasti menurun. Atau bahkan banyak pembelian ditunda. Tapi bukankah investor yang baik berinvestasi pada saham yang sedang undervalued.
Deviden Saham BEST dari Tahun ke Tahun
Saham BEST merupakan salah satu saham yang rutin membagikan deviden. Artinya perusahaan yang memberikan penghargaan terhadap investor. Ini menjadi salah satu nilai plus. Jika Anda tipe deviden hunter sambil nunggu harga naik, maka BEST bisa menjadi pilihan.
Di tahun buku 2017, setiap lembarnya mendapatkan Rp10, sedangkan di tahun buku 2018 mendapatkan Rp8.75 setiap lembarnya. Deviden yield sekitar 5-6% dari harga perlembar. Bahkan di Google tercatat 7%. Menurut kami cukup besar. Diantara emiten sejenis, BEST tidak terlalu buruk. Sedangkan di pasar modal, deviden sekian sudah sangat cukup.
Memang masalah utamanya adalah rasio laba yang dibagikan, tergolong kecil. Biasanya kisaran 20%, seperti tahun buku 2017. Hal yang sama dengan tahun buku 2018, hanya 20%. Meskipun kinerja bagus, namun rasio pembagiannya masih belum sebesar perusahaan-perusahaan lainnya. Harapan investor tentu bisa mendapatkan setidaknya 40-60% dari total laba. Hehehe ngarep dikit ga papa kan?
Prospek Usaha Lahan Industri BEST di Tahun 2021
Analisa saham BEST selanjutnya adalah persoalan prospek di tahun 2020 hingga tahun-tahun berikutnya. Sudah menjadi rahasia umum jika pemerintahan sekarang getol sekali menarik investor. Terutama untuk relokasi pabrik agar bisa menyerap tenaga kerja.
Di tahun 2019 juga ramai, namun gagal karena birokrasi dan lain sebagainya. Tapi di tahun 2020, seperti diberitakan CNBC Indonesia akan ada 17 pabrik relokasi ke Indonesia. Meskipun mungkin bukan langsung ke Bekasi Fajar Indrustrial Estate, tapi artinya sekarang pemerintah sedang getol-getolnya untuk melakukan hal itu.
Plus perang dagang antara Amerika dan China membuat iklim industri tidak kondusif. Sehingga mencari tempat yang aman dan nyaman. Indonesia dikenal nonblok, hehehe. Jadinya adem ayem. Cocok untuk relokasi pabrik.
Di sisi lain Bekasi Fajar memiliki bank lahan yang cukup banyak, dari total 1055, BEST masih memiliki 725 hektar (kontan.co.id/2019). Prospeknya masih banyak. Sisi lain adalah lokasinya yang sangat strategis, dekat dengan Jakarta, dalam waktu dekat ada exit tol sendiri, kawasan tidak bercampur dengan perumahan. Di masa yang akan datang juga akan terkena dampak positif dari pembangunan pelabuhan patimban.
Memang kelemahan perusahaan ini adalah minimnya recurring income, atau pendapatan berulang. Dia jual lahan, dapat untung, pengelolaan juga pastinya hanya memiliki sedikit pengaruh.
Namun manajemen sudah berusaha dengan menghadirkan hotel Enso dengan kualitas bintang empat. Meski dampaknya belum terasa, tapi strateginya patut diapresiasi. Manajemen pastinya berpikir terus untuk hadirkan pendapatan berulang dari sisi yang lain.
Kesimpulan Analisa Saham BEST
Analisa saham BEST yang kami lakukan memberikan beberapa kesimpulan. Pertama, jika Anda tipe investor jangka panjang, atau mungkin jangka menengah 2-3 tahun, perusahaan ini sangat cocok menjadi objek investasi Anda karena memiliki prospek jangka panjang yang bagus.
Apalagi harganya ketika dibuat tulisan ini berada pada posisi yang sangat sangat undervalued, 125. Kami meyakini akan naik berlipat. Di sisi lain, ada pahala deviden bagi para investor, jadi nunggunya tidak membosankan. Devidennya juga tidak terlalu mengecewakan.
Tapi kalau Anda tipe trader, saham ini tidak cocok, trend sedang bearish, longsor karena sentimen negatif corona, plus rugi yang besar. Tahun ini di dua semester bisa dipastikan keadaannya buruk. Anda tidak bisa berharap banyak.
Sumber befa.id, kontan.co.id, bisnis.com, cnbcindonesia.com, dan lain sebagainya. Sumber gambar utama befa.id