Kenapa Anak Pondok Pesantren Terkena Kudis? Pengalaman

Posted by

Kenapa anak pesantren terkena kudis atau korengan? Pertanyaan tersebut kerap kali dilontarkan kepada anak pesantren. Pertanyaan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat santri pesantren sering terkena penyakit gatal ini, dan bahkan sering dicap kalau belum pernah “kudisan” berarti belum sah jadi santri.

Lantas kenapa anak pesantren terkena kudis atau korengan? Berikut penjelasannya yang sudah kami rangkum informasinya berdasarkan beberapa artikel kesehatan di internet, juga pengalaman kami di pesantren

Apa itu kudis Anak Pesantren?

Kudis adalah penyakit kulit yang gejalanya adalah gatal-gatal (yang semakin memburuk saat malam hari) dan juga ditandai dengan adanya bentol padat maupun yang berisi air (alias papula atau plenting-plenting) disertai ruam kemerahan.

Scabies atau yang sering disebut kudis (anak pesantren menyebutnya gudik “gudiken”) disebabkan oleh pengerumunan kutu parasit berukuran kecil yang bersembunyi di bawah kulit. Dan tumbuh subur di lipatan-lipatan badan seperti sela jari tangan, siku dalam, ketiak, hingga daerah sekitar alat kelamin.

kudis anak pesantren

Kutu parasit yang berupa tungau ini bernama sarcoptes scabiei var hominis menyerang kulit manusia dengan membuat lubang yang menyerupai terowongan untuk dijadikan sarang dan tempat bertelur.

Aktivitas yang dilakukan oleh tungau tersebut mengeluarkan zat yang menyebabkan rasa gatal pada kulit. Maka dari itu orang yang kudisan sering garuk-garuk hingga bernanah.

Penyebab Anak Pesantren Kudisan

Kudisan termasuk salah satu di antara lima penyakit yang sering menyerang anak pesantren. Lebih lengkap di sini. Bahkan menjadi satu momok tersendiri.

Premis utama kenapa anak pesantren terkena kudis atau korengan disebabkan kualitas kebersihan hidup yang buruk. Tidak menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Seperti jarang mandi, malas mencuci baju, tidak ganti pakaian dalam, hingga membiarkan lingkungan sekitar kotor. Ini pemicu tumbuhnya tungau.

Kemudian penyebab anak pesantren kudisan yang kedua adalah karena tinggal di daerah yang lembab apalagi kalau padat penduduk, tungau bisa berkembang biak banyak.

Maksud area yang lembab ini bukan cuma karena suhu ya, bisa karena jemur handuk dempet-dempet, menyimpan baju di lemari yang kondisi kayunya cukup lembab, menggunakan pakaian yang basah dalam keadaan kotor dan lain sebagainya. Intinya harus selalu kering. 

Nah kudis atau korengan juga menular melalui kontak secara langsung dengan penderita scabies, seperti menjabat tangan, dan tidur bersama. Jadi kalau di pesantren ada teman yang kudisan, lebih baik untuk jaga jarak terlebih dahulu. Hehe maaf ya.

Selain itu kudis atau korengan bisa cepat menular meskipun tidak kontak secara langsung dengan penderita. Misalnya menggunakan perlengkapan tidur bersama, pinjam atau meminjamkan pakaian kepada orang lain, termasuk menggunakan handuk yang sama. Khas anak pesantren.

Terbiasa Pinjam Meminjam

Padahal kebiasaan pinjam-meminjam ini lah yang harus dihindari anak pesantren. Lebih baik dan aman pakai barang masing-masing, jangan dibiasakan pinjam apalagi ghosob.

Untung jika barang yang digunakan tanpa izin bukan milik penderita scabies, kalau sebaliknya maka siap-siap saja tertular. Sudah dapat dosa dapat juga kudisnya. Alamak!

Penyebab lain anak pesantren terkena kudis/kudisan adalah mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lemah. Yang mempunyai riwayat pengguna obat steroid atau obat-obatan tertentu, sedang menjalani kemoterapi, atau bahkan sering mengalami stress bisa membuat stamina tubuh menurun sehingga berisiko lebih tinggi untuk terkena kudis.

Berdasarkan riset para ilmuan, kudis juga dapat menyerang orang-orang yang kurang nutrisi akibat pola konsumsi makanannya yang tidak mencapai 4 sehat 5 sempurna.

Jika santri sudah menjaga kebersihan diri dan lingkungannya, tidak tertular dengan penderita scabies lainnya, maka bisa jadi penyebabnya adalah stress belajar atau pilih-pilih makanan pesantren sehingga gizinya tidak tercukupi. Mungkin saja. 

Obat Kudis Anak Pesantren

Pada dasarnya tungau scabies atau kudis tidak bisa terbang, tapi tahan terhadap air dan sabun, serta masih tetap hidup meskipun sudah mandi dengan air panas.

Jadi ketika mengalami gejala penyakit kulit kudis, maka segera memeriksakan diri ke dokter. Adapun obat untuk menyembuhkan kudis bisa menggunakan krim oles permetrin 5%. Krim tersebut dioleskan ke sekujur tubuh dari kepala hingga ujung kaki sebelum tidur, kemudian bilas keesokan harinya. Jika masih ada rasa gatal, ulangi lagi seminggu kemudian.

Pilihan selain krim permetrin 5% adalah menggunakan losion karamin atau menggunakan obat oral seperti ivermectin yang diresepkan oleh dokter. Jangan sembarangan minum obat.

Sesuai pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka berikut ini beberapa cara untuk mencegah penularan kudis atau korengan, antara lain:

Menjaga kebersihan diri mulai dari rajin mandi, (lebih bagus gunakan sabun yang mengandung sulfur atau anti kuman seperti antiseptik dettol), mencuci baju, mengganti alas tidur secara teratur, menjemur kasur dan bantal, menggunakan kamper atau kapur barus pada lemari pakaian.

Yang terpenting bagi anak pesantren adalah tidak menggunakan peralatan pribadi bersama-sama, tidak menggaruk kulit yang terkena kudis agar tidak terjadi infeksi, dan menghindari kontak langsung dengan penderita kudis. 

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai kenapa anak pesantren terkena kudis atau korengan. Semoga dapat menjawab kebingungan dan rasa penasaran pembaca.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *