Kenapa sekolah tidak penting

Kenapa Sekolah Tidak Penting di Era Digital

Posted by

Kenapa sekolah tidak penting menjadi satu pertanyaan besar di kalangan anak milenial sekarang. Ada lagi pertanyaan pelajaran sekolah yang tidak penting cukup banyak. Sehingga sekolah tidak selalu menjamin masa depan. 

Kami menulis ini berdasarkan pengalaman sebagai generasi millenial, juga karena bertahun-tahun mendampingi sekolah dan memahami sebuah fenomena besar pergeseran di kalangan anak millenial. 

Fenomena Sekolah Berasrama

Pembahasan akan saya mulai dari fenomena sekolah berasrama. Di Indonesia sekolah berasrama tumbuh begitu cepat sejak 2010. Bentuknya adalah boarding school atau islamic boarding school. 

Contohnya adalah Boarding School di Bandung, Islamic Boarding School di Batu, juga Boarding School di Bogor. Rata-rata boarding school tersebut selalu mengutamakan minat dan bakat siswa. Tidak murni benar-benar seluruh pelajaran seperti di sekolah dijejali. 

Bahkan di beberapa boarding school di atas, ada yang menyediakan kelas khusus Matematika, IPA, sesuai minat setelah jam formal plus disediakan gurunya masing-masing. Artinya sekolah tidak lagi murni seperti dulu. Semakin bergeser ke arah pendalaman siswa. 

Jauh sebelum itu, fenomena pesantren sudah tumbuh subur di Indonesia. Di dunia pesantren materi yang diajarkan tidak lagi seperti di sekolah formal. Fokus pada yang dicari oleh santri, yaitu pendidikan agama, istilahnya diniyyah. 

Sampai sekarang pesantren-pesantren yang hanya mengajarkan diniyyah tetap tumbuh menjadi pesantren besar, seperti Sidogiri Pasuruan, Langitan Tuban, dan lain sebagainya. 

Sekolah Minat Bakat

Di boarding school tersebut rata-rata minat dan bakatnya ditumbuhkan dengan maksimal. Di pesantren yang notebene asrama juga demikian. Contoh pesantren Gontor, pesantren ini salah satu yang memfasilitasi minat bakat santri dengan begitu apik.

Sebagai pesantren, tentu pelajaran agama menjadi perhatian di Gontor, umumnya hanya yang penting saja, IPA, IPS, Matematika. Lainnya tidak perlu, pelajaran sekolah yang tidak penting tidak dipelajari. Tapi di luar kelas ekstrakurikulernya melimpah.

Caranya santri dipersilakan memilih dalam jangka waktu satu semester. Kalau tidak cocok bisa memilih lagi di semester selanjutnya ekstra yang lain. Karena berada di asrama, maka mendalami ekstra ini dengan totalitas. 

Buktinya sangat banyak alumni Gontor yang berada di bidang yang ditekuninya di pesantren. Desainer, jadi penulis, jadi jurnalis, jadi sutradara, jadi vokalis, dan tidak setengah-setengah. Tingkatnya sudah nasional. Seperti penulis Negeri Lima Menara Ahmad Fuadi.

Ini salah satu jawaban pertanyaan di atas tentang penting tidaknya sekolah, karena ternyata mereka tumbuh berkembang justru karena minat bakat yang dimilikinya. Bukan akibat pembelajaran yang ada di kelasnya. 

Sekolah Tidak Penting | Sekolah Tidak Menjamin Sukses

Tahukah Anda bahwa angkatan kerja di Indonesia rata-rata setiap tahunnya tumbuh 2 juta. Tapi yang menarik adalah bahwa dari jumlah itu hanya sekitar 37% yang bekerja sesuai dengan jurusan yang ditekuni. 

Sedangkan sebanyak 63% justru bekerja tidak sesuai dengan jurusannya. Artinya rasio ini kecil sekali. Dan itu artinya kompetensi yang dimiliki lulusan sekolah dan perguruan tinggi tidak tepat dengan kebutuhan dunia industri. Sumber detik.com.

Di sinilah kita menemukan salah satu jawaban kenapa sekolah tidak penting di era digital. Sekolah tidak menjawab apa yang diminta dunia kerja. Padahal siswa sudah belajar belasan tahun di bangku sekolah. Sekolah tidak menjamin sukses.

Orang Sukses Tanpa Sekolah

Alasan selanjutnya adalah karena semua ilmu pengetahuan sudah tersedia di internet. Baik di Google atau di Youtube. Yang diperlukan sebenarnya adalah menumbuhkan rasa ingin tahu. 

Faktanya kongkrit, banyak orang sukses tanpa sekolah hanya bermodal internet saja. Kami sajikan dua sosok yang viral karena skala prestasinya nasional bahkan internasional. Ini bisa menjadi inspirasi kenapa sekolah tidak penting di era digital. 

Pembobol Situs Nasa Usia 15 Tahun

Yang pertama adalah Putra Aji Adhari, ini menjadi sorotan dunia karena menjadi hacker berkat otodidak dari internet. Yang dibobol bukan situs biasa, tapi situs NASA yang rumahnya di Amerika Serikat. 

Secara pendidikan formal dia masih duduk di bangku SMP. Usianya 15 tahun. Tapi kemampuannya melebihi orang yang sudah sekolah di bidangnya bertahun-tahun. Itu artinya kalaulah memang sekolah penting tapi tidak cukup. Ada yang lebih penting. 

Yaitu tumbuhnya passion. Hal inilah yang ditumbuhkan di era digital. Passion menjadi salah satu aspek penting yang menunjang karir anak di masa depan. Kerennya lagi dia membobol situs NASA tersebut hanya dalam waktu 3 menit saja. Fuhh. 

https://youtu.be/VfXqZxypPU0?t=5

Pembuat Pesawat di Pinrang 

Ada lagi pembuat pesawat yang viral dari Pinrang. Membuat pesawat itu sangat sulit, karena butuh presisi yang tinggi dalam setiap komponennya. Tapi yang namanya Haerul justru bisa membuat pesawat hanya dari Youtube saja.

Saya sendiri melihat wawancaranya di Hitam Putih. Saya salut karena pembuatan pesawat di Youtube kanalnya dari Rusia. Ketika wawancara menyebut demikian. Tapi Haerul tidak patah semangat, dia menterjemahkannya dengan Google Translate. Keren kan.

Pekerjaan utamanya adalah pemilik bengkel. Tapi mungkin utak atik mesin menjadi hobinya, maka pesawat pun dilibas hanya dengan pengetahuan otodidak dari Youtube saja. Tentu hal ini cukup menggembirakan.

Sekolah Itu Penting Tapi Tidak Cukup

Memang dunia saat ini masih sangat tergantung dengan namanya ijazah. Ijazah ini seperti pintu masuk. Meskipun kami menulis kenapa sekolah tidak penting di era digital dengan berbagai faktanya, tapi di dunia nyata, terutama orang tua tetap menekankan ke sekolah formal.

PanduanTerbaik.id

Tapi menurut kami sekolah itu penting tidak tidak cukup. Ada banyak aspek yang tidak bisa dipenuhi di sekolah dan hanya bisa dipenuhi di luar sekolah melalui pendalaman passion dan lain sebagainya. 

Tapi yang paling penting adalah bahasa. Itu menjadi kunci untuk membuka pengetahuan di seluruh dunia melalui internet. Terutama adalah bahasa Inggris.

Bagi pengelola sekolah, ini sebagai sebuah warning, kalau semakin kuat era digital, maka pergeseran dunia pendidikan semakin tinggi. Dulu rata-rata sekolah tanpa asrama, sekarang tren bergeser ke sekolah asrama. Ke depan sekolah lebih kepada minat dan bakat siswa. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *