Hukuman di Pesantren Gontor memang sangat banyak. Bermacam-macam sesuai dengan tingkatan kesalahan yang dilakukan. Nah, kami akan jelaskan berdasarkan pengalaman mondok di Ponpes Gontor Ponorogo.
Sebagai pengetahuan, kami nyantri di Gontor dari tahun 1998 (Gontor 2), kemudian 1999-2004 (Gontor 1). Di masa ini adalah transisi beragam jenis hukuman. Kami pernah dihukum, pernah juga menghukum.
Daftar Isi
Alasan Ada Hukuman di Gontor
Pondok Pesantren Gontor dikenal memiliki prinsip sebagai tempat menggembleng santri untuk menjadi sosok yang tangguh secara mental dan siap untuk terjun di setiap bidang. Oleh sebab itu unsur disiplin sangat dijunjung tinggi.
Baik pimpinan pesantren, direktur pendidikan, sampai bagian pendamping santri (mudabbir) selalu menggaungkan filosofi kedisiplinan. Contoh dalam bahasa selalu dikatakan, “Bahasa adalah mahkota pondok”. Sehingga bahasa salah satu menjadi aspek yang wajib ditegakkan.

Maka tidak heran jika pesantren Gontor dikenal sebagai ponpes yang santrinya aktif berbicara dengan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari. Ini karena disiplin yang ditegakkan.
Contoh lain, “Jangan mempermalukan dirimu di ujian dengan mencontek. Ini adalah ujian hidup.” Ini juga selalu digaungkan. Hukumannya sangat berat. Tergolong dosa besar. Dan masih banyak lagi.
Demi menegakkan inilah selalu ada hukuman yang akan menjerat santri dengan kesalahan yang mereka lakukan. Maka kalau santri gontor belum pernah dihukum, adalah hal sangat aneh. Pasti pernah.
Cara Gontor Menegakkan Disiplin
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara Pesantren Gontor menegakkan disiplin? Untuk lebih memahami ini, maka saya menggunakan istilah Polsek untuk asrama, Polres untuk organisasi, dan Polda untuk pengasuhan santri.
Di asrama selalu terdiri dari beberapa kamar. Di mana satu kamar terdiri dari 10-30 santri. Tergantung besarnya kamar tersebut. Lebih lengkap tentang kamar di Gontor bisa dibaca di sini.
Di asrama inilah praktek penegakan hukum dijalankan dengan fasih. Setiap malam selepas mengaji magrib ada yang disebut mahkamah, atau pengadilan yang terdiri dari pengadilan bahasa, dan pengadilan umum.
Kasus bahasa akan mendapatkan perhatian khusus. Ingat prinsip bahasa adalah mahkota Gontor.
Nanti ada papan tulis di setiap asrama yang menyebut nama setiap santri yang memiliki kesalahan. Jadi kalau selepas magrib jantung kita semua berdebar-debar. Ini tingkat polsek.
Kalau kesalahan tingkat Polres dan Polda akan diumumkan di masjid. Satu pondok akan tahu. Istilahnya ditetapkan sebagai calon tersangka. Wah itu lebih deg degan lagi. Tidak bisa makan. Karena kesalahannya pasti besar.
Kalau nama kita tercantum, maka harus masuk kamar yang disulap jadi tempat hukuman. Jumlahnya banyak. Dan itu rutin dilakukan selepas magrib.
Cara Mendapatkan Tersangka di Ponpes Gontor
Mungkin pertanyaan berikutnya, bagaimana mendapatkan tersangka di Gontor. Pertama cukup mudah, pendamping asrama akan mencatat nama-nama yang memang melakukan kesalahan.
Kami katakan mudah karena tidak menyapu kamar untuk piket sudah termasuk kesalahan yang harus dihukum. Tidak ikut baca Al Quran, juga kesalahan yang harus dihukum. Menghina teman, juga kasus yang harus diproses.
Tapi proses selanjutnya adalah, mereka yang sudah masuk mahkamah akan mendapatkan selembar kertas. Jadi setelah dihukum, mereka berfungsi sebagai mata-mata untuk mencari kesalahan orang. Kalau masuk mahkamah bahasa, maka mencari yang salah dalam bahasa.
Orang ini juga bertindak sebagai saksi. Kalau yang dicatat tidak mengakui, dan terbukti, hukuman yang mencatat lebih besar. Oleh sebab itu tulisannya lengkap, nama, tempat kejadian, waktu, dan apa yang dilakukan.
Dalam sehari di satu asrama bisa beredar 20 intel. Sedangkan di Gontor memiliki puluhan asrama. Jadi ratusan intel gentayangan di pondok pesantren. Itu baru tingkat polsek. Belum intel tingkat polres, bahkan polda. Kita hidup di pondok harus berlatih untuk bersikap, berlaku, dan berbahasa benar.
Jenis Hukuman Santri Gontor
Dulu di awal-awal kami masuk pondok pesantren, era 1999, memang pemukulan masih ada. Namun demikian era 2000-an hukuman pemukulan sudah ditiadakan. Pak Kyai selalu mengatakan “Jangan ada lagi hukuman pemukulan”.
Hukuman diganti menjadi hukuman edukatif. Contoh ketika melakukan kesalahan harus menulis di buku 50 lembar bahwa “Saya salah, tidak akan mengulangi.”
Atau hukuman dalam bentuk menghafal surat dalam Al Quran dan dalam tempo yang sudah ditentukan. Kalau kesalahan lebih tinggi, bisa dijemur, bisa lari keliling pondok, atau sowan ke guru senior. Bahkan ada teman yang tidak membawa pena disuruh menghadap direktur pendidikan.
Saya pernah berkumpul rapat di atas jam sepuluh malam, ketahuan. Akhirnya setiap pagi dijemur selama satu pekan.
Jika kesalahan terus berlanjut, maka akan ditandai sebagai anak yang sedang introspeksi diri karena banyak melakukan kesalahan. Kalau di putra akan jundi pada tingkatan kesalahan sedang, yaitu dipotong model tentara tapi atasnya sangat pendek.
Kedua digundul. Jadi kita sebagai santri akan malu karena melakukan kesalahan. Dan santri tersebut wajib memakai peci. Oleh sebab itu kalau yang nakal, maka kepalanya tidak sempat tumbuh rambut. Baru tumbuh sedikit gundul, tumbuh sedikit lagi gundul.
Jenis hukuman berikutnya sudah berat. Pertama bisa dipanggil orang tua. Kalau di sekolah umum hal ini biasa, mungkin orang tua mudah untuk datang. Tapi di Gontor, wali santri jauh. Jadi hukuman ini cukup berat.
Berikutnya adalah diskors. Ini sudah tingkatan kesalahan cukup besar. Biasanya terkait pelanggaran dalam unsur syariah. Skors tidak dalam jangka waktu sebulan atau seminggu, tapi satu tahun ajaran. Cukup berat.
Kesalahan berikutnya adalah dipulangkan untuk selama-lamanya. Atau dikeluarkan dari pondok pesantren. Ini sudah pasti terkait masalah syariah, mencuri salah satu yang ditindak.
Penyebab Santri Gontor Dihukum
Ada beberapa kesalahan yang menyebabkan hukuman. Dari tingkat kecil ke tingkat yang lebih besar. Kami jelaskan dari yang remeh hingga yang mugholadoh. Contoh kesalahan kecil adalah tidak memakai ikat pinggang di sarung. Ini di Gontor akan dihukum.
Contoh lain memakai celana waktu olah raga. Ini juga dihukum. Jadi kesalahan memakai baju sudah mendapatkan hukuman. Tidak membawa buku pelajaran, juga akan mendapatkan hukuman.
Naik lagi tingkatan yang lebih besar, tidak masuk kelas tanpa ijin. Ini bahaya. Atau tidak tidur di asrama. Ingat, di Gontor absen dilaksanakan sehari bisa 12 kali. Mulai dari selepas subuh, di kelas sampai 7 kali, di tempat olah raga, sampai sebelum tidur.
Kalau terkait dosa besar, contoh mencuri, pacaran, menghina guru, itu langsung hubungannya di mabes. Yang nangani bukan lagi pendamping santri yang berasal dari kakak kelas, tapi sudah guru. Karena hukumannya berkaitan dengan diusir atau tidak diusir.
Tujuan Dinamika Hukuman Santri Gontor
Semua yang kami jelaskan di atas, sesungguhnya sebagai satu kesatuan pendidikan untuk mengajarkan satu nilai bahwa santri harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan. Bahkan sebagai ketua kelas, kalau absen hilang, maka dia harus bertanggung jawab.
Di sinilah santri Gontor terbiasa dengan hidup disiplin dan bertanggung jawab. Maka masuk Gontor memang sedikit sulit, tapi bertahan hidup dengan dinamika kompleks di Gontor adalah perkara yang sedikit lebih sulit.