Inspirasi Kemandirian Ekonomi Pesantren dari Gontor Ponorogo

Posted by

Kemandirian ekonomi pesantren merupakan isu yang cukup penting di antara lembaga pendidikan berbasis pesantren di Indonesia. Terutama untuk menciptakan jiwa yang berdikari dan tidak terpengaruh dengan intervensi dari luar pesantren hanya karena ekonomi.

Oleh sebab itu kali ini kami akan mengulas bagaimana kemandirian ekonomi pesantren, utamanya dari Gontor. Kami himpun dari beragam sumber, juga pengalaman kami memperhatikan Gontor selama menjadi santri.

Kemandirian Ekonomi Pesantren

Maksud kemandirian ekonomi pondok pesantren adalah bagaimana sebuah pondok memiliki pemasukan di luar SPP santri. Sehingga bisa menopang banyak kebutuhan yang ada di dalam pondok pesantren.

Kemandirian berarti juga tidak bergantung kepada bantuan luar. Karena kita melihat bagaimana pondok pesantren sering bergantung dengan hadirnya bantuan. Sehingga secara filosofis pendidikan seringkali terganggu, karena adanya intervensi.

Kemandirian Ekonomi Pesantren

Nah pondok pesantren Darussalam Gontor cukup dikenal dengan kemandirian ekonominya. Hal ini terlihat dari pembangunan yang tidak pernah berhenti, perluasan pondok pesantren yang stabil.

Tanda yang lain adalah kesejahteraan bagi guru-guru. Jika Anda ke Gontor, maka bisa melihat bagaimana guru diperlakukan dengan baik. Ada tempat tinggal, dan lain sebagainya yang tidak disebutkan satu persatu.

Ciri-ciri lain dari kemandirian pesantren modern ini adalah dari segi SPP. Mungkin banyak yang mengenal jika Gontor memiliki biaya mahal. Padahal sebaliknya. Kami yang sering mereview lembaga pendidikan berbasis pesantren, biaya masuk gontor tergolong murah.

Rata-rata biaya masuk pesantren sudah di atas sepuluh juta. Gontor masih di angka 6.5 jutaan. Dengan SPP bulanan mencapai Rp650.000-an. Bisa dibandingkan dengan yang lain di link ini. Biayanya tergolong murah.

Biaya tersebut sudah termasuk makan tiga kali, juga termasuk biaya sekolah, asrama, dan segala macamnya. Oleh sebab itu yang ingin mondok di Gontor sangat banyak dari seluruh Indonesia. Rata-rata yang mendaftar mencapai 7000-an setiap tahun.

Bukti lain dari kemandirian ekonomi Gontor adalah tidak ada pergeseran nilai-nilai karena pengaruh dari bantuan, politik, atau lainnya. Gontor bukan anti bantuan, tapi diterima jika tidak ada syarat yang mengikat. Sehingga pendidikan di Gontor berjalan dengan cukup lancar.

Wujud Kemandirian Gontor

Kemandirian ekonomi pesantren Gontor diwujudkan dengan hadirnya unit-unit usaha yang dikelola oleh pihak pesantren. Hal ini berbeda dengan pesantren umum yang biasanya unit usaha adalah milik pribadi, kyai, atau lainnya.

Apalagi mengingat status Gontor yang sudah diwakafkan kepada umat Islam pada tahun 1958. Sehingga tidak bisa disangkut pautkan dengan personal tertentu. Kepentingan pribadi sudah tidak tampak dalam ekonomi pesantren Gontor.

Ekonomi Protektif Gontor

Langkah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren di Gontor dengan sistem ekonomi protektif. Yaitu melindungi agar keuangan beredar di dalam pondok itu sendiri. Seminimal mungkin terjadi peredaran di luar.

Maksudnya adalah, setiap santri diwajibkan untuk belanja di dalam pondok pesantren. Tidak diperkenankan belanja di luar. Bahkan tamu sekalipun juga demikian. Tidak diperkenankan belanja di luar pesantren.

Ketika sudah muncul demikian, maka pondok pesantren Gontor menghadirkan kebutuhan dasar santri-santri. Seperti peci, sarung, kaos, sandal, teh, air minum dalam kemasan, susu, dan kebutuhan dasar lainnya.

Sistem Ekonomi Gontor memang patut ditiru. Dulu semasa kami santri ada susu dalam kemasan, seperti air mineral yang cukup lezat sekali. Santri bisa langsung menghabiskan satu pendingin besar. Biasanya suplai datang langsung habis.

Langkah strategis kemudian diambil, susu tersebut diduplikasi, tidak seenak yang sebelumnya. Tapi ada penggantinya. Susu yang awalnya menyuplai berhenti. Diganti dari produk internal. Seperti inilah model ekonomi proteksi Gontor.

Kalau istilah orang sekarang, menyukai produk-produk lokal dan memakainya. Tapi tidak menggunakan produk-produk import. Sehingga uang berputar di dalam pesantren Gontor dan bisa dimanfaatkan untuk ekonomi Gontor.

Ekspansif sebagai Wujud Kemandirian Ekonomi Pesantren Gontor

Untuk menciptakan kemandirian ekonomi Gontor tidak hanya dengan cara protektif. Tapi Gontor juga melakukan ekonomi ekspansif. Caranya adalah dengan mendirikan unit-unit usaha di luar pesantren.

Seperti toko besi dan kaca, toko buku, apotek, rumah makan, ada juga pom bensin. Kalau di Bandung hal ini mirip dengan yang dimiliki oleh Al Ma’soem. Meskipun dalam sudut pandang kami tidak seekpansif pesantren dari Bandung tersebut.

Belum lagi pengelolaan ekonomi lainnya, dulu KH. Abdullah Syukri Zarkasyi pernah menyebut Gontor mengelola hutan, mungkin sekarang masih. Atau mungkin yang belum kami sebutkan di sini untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren.

PanduanTerbaik.id

Oleh sebab itu Gontor adalah akumulasi dari pendidikan, ekonomi, serta filosofi yang stabil dari masa ke masa. Tidak banyak perubahan, baik dalam pendidikan, kepemimpinan, atau lainnya. Identitas sebagai pesantren modern kuat. Semoga banyak yang terinspirasi dengan model ekonomi pesantren Gontor.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *