Pendiri Pesantren Gontor ingin diketahui sosoknya oleh masyarakat luas. Karena banyak yang bertanya-tanya siapa yang mampu mendirikan pesantren dengan jumlah santri yang mecapai 33 ribuan di tahun 2021 tersebut.
Oleh sebab itu kami akan mengulas sekilas siapa pendiri pesantren Gontor, pimpinan Gontor sekarang, dan beberapa aspek menarik yang kami himpun dari beragam sumber di internet dengan tambahan komentar agar menjadi pengetahuan.
Daftar Isi
Silsilah Pendiri Gontor
Pesantren Gontor berdiri pada tahun 1926, namun demikian ada sejarah panjang jauh sebelum didirikannya pondok pesantren Gontor. Terutama jatuh bangun dalam membangun pesantren. Ada Gontor lama yang sudah memiliki santri cukup banyak.
Bermula dari abad 18 di sebuah desa bernama Tegalsari, yaitu di wilayah Jetis Ponorogo. Terdapat pondok Tegalsari yang didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Inilah cikal bakal pesantren Gontor. Saat dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat satu santri yang sangat menonjol bernama Sulaiman Jamaluddin.

Beliau adalah cucu dari pangeran Hadiraja Sultan Kasepuhan Cirebon. Oleh sebab itu darah kesultanan mengalir dalam sejarah Gontor. Sehingga antara pesantren Gontor dan kasepuhan Cirebon memiliki hubungan erat.
Sulaiman Jamaluddin kemudian menikah dengan putri kyai. Seperti umumnya kyai yang jatuh hati melihat santri yang cerdas dan baik. Maka dinikahkan dengan putrinya. Selanjutnya dipercaya membangun pesantren sendiri di desa Gontor.
Dulu Gontor adalah wilayah hutan. Bahkan dikenal sebagai tempat dan sarangnya para perampok, pemabuk, penyamun di wilayah Ponorogo dan sekitarnya. Sehingga banyak yang mengira bahwa Gontor adalah sebuah singkatan dari frasa Gon Kotor, yang artinya tempat yang kotor.
Pesantren Gontor inilah dikenal dengan sebutan Gontor Lama. Pesantren legendaris ini selanjutnya oleh Kyai Anom Besari hingga generasi berikutnya bernama Kyai Santoso Anom Besari. Dari generasi ketiga tersebut lahir tujuh anak di mana tiga di antaranya menjadi pendiri pesantren Gontor.
Pendiri Pesantren Gontor
Tiga putra tersebut bernama KH. Ahmad Sahal (1901-1977), KH. Zaenuddin Fanani (1908-1967), KH. Imam Zarkasyi (1910-1985). Mereka kakak beradik bersaudara yang menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain.
Hebatnya sekembalinya dari masa pendidikan, tiga sosok tersebut mampu mengembalikan kilau Pesantren Gontor Lama yang redup dengan sistem baru. Dimulai dari Tarbiyatul Athfal yang didirikan pada 20 September 1926. Atau bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1345 atau peringatan maulid nabi Muhammad SAW.
Sistem baru tersebut bernama Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah. Atau disingkat dengan KMI. Sistem ini cukup visioner karena mengubah banyak sistem pesantren di masa itu. Jika umumnya bermodel sorogan dan bandongan, Gontor sudah menggunakan sistem kelas dengan kurikulum berjenjang dengan durasi pendidikan enam tahun.
Jika di masa itu bahasa Inggris dikenal sebagai bahasa penjajah, bahasa orang kafir, pesantren Gontor justru sudah mulai mengajarkan bilingual dengan bahasa arab dan inggris. Sehingga dikenal sebagai pesantren Modern Darussalam Gontor. Artinya bukan fisiknya yang modern, tapi lebih kepada sistem pendidikannya.
KH. Ahmad Sahal
Beliau adalah kakak tertua di antara pendiri pesantren Gontor. Riwayat pendidikan cukup panjang, pernah nyantri di Kauman Ponorogo, Joresan Ponorogo, Josari Ponorogo, Tremas Pacitan, kemudian sekolah Belanda Algemeene Nederlandsch Verbon.
Yang istimewa adalah pengalaman dalam organisasi atau mendirikan lembaga yang cukup banyak. 1926 menjadi utusan ummat Islam daerah Madiun di agenda Kongres Ummat Islam Indonesia yang diseleggarakan di Surabaya.
Kemudian mendirikan Tarbiyatul Athfal Gontor 1926, juga mendirikan Pandu Bintang Islam, klub olah raga, dan kesenian yang bernama RIBATA. Dan lain sebagainya.
Bisa jadi karena ini pula olah raga di Gontor tumbuh subur hingga sekarang, bahkan ada stadion khusus. Juga Pramuka Gontor yang dikenal seringkali mengikuti Jambore Asia, Pasifik, hingga Jambore Dunia. Dan lagi kesenian di Gontor dikenal cukup produktif, dari menciptakan lagu, hingga videography yang begitu ciamik.
KH. Zaenuddin Fanani
Adik dari KH. Ahmad Sahal ini merupakan pendiri pesantren Gontor yang memiliki banyak riwayat pendidikan. Mondok di Pesantren Josari Ponorogo, kemudian ke Termas di Pacitan. Lanjut lagi ke Siwalan Panji Sidoarjo. Belum lagi di Hollandshe Inlander School (HIS), Kweekschool di Padang. Dan banyak lagi.
Yang istimewa adalah perjalanan beliau dalam menduduki jabatan-jabatan penting di Indonesia. Diangkat presiden sebagai anggota Panitia Perbaikan Makanan Negara. Di tahun 1954 juga menjabat Kepala Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial di Kemensos. Bahkan di tahun 1956 menjadi Kabag Pendidikan Umum Kemensos. Serta jabatan penting lainnya.
Hal ini pula yang kemungkinan membuat Gontor memiliki relasi cukup luar biasa di banyak aspek dan bidang, bahkan pemerintahan. Sebabnya adalah salah satu pendiri pesantren Gontor memiliki jabatan cukup penting di masa awal kemerdekaan Indonesia.
KH. Imam Zarkasyi
Di antara pendiri pesantren Gontor, KH. Imam Zarkasyi merupakan yang termuda. Riwayat pendidikannya cukup panjang, terutama dalam aspek pesantren, seperti di ponpes Joresan, Josari, dan pesantren Tegalsari.
Beliau juga mondok di Jamsaren Solo, Mambaul Ulum, Arabiyah Adabiyah. Di banyak pesantren inilah KH. Imam Zarkasyi terlihat begitu mendalami bahasa Arab, terutama di pesantren yang disebutkan terakhir.
Setelah malang melintang di Solo, beliau kemudian ke Padang Panjang, Sumatera Barat hingga 1935. Bahkan beliau pernah menjabat sebagai direktur perguruan di sekolah tersebut. Bagi Mahmud Yunus, gurunya di Padang Panjang, beliau memiliki bakat besar dalam aspek pendidikan.
Inilah mengapa pendidikan di Gontor cukup atraktif ketika itu. Bahkan dari ceramah di Gontor kami mendengar waktu itu KH. Ahmad Sahal menyurati adiknya ini dengan kata-kata yang mungkin demikian “Ilmuku entek, muliho…”. Artinya, ilmu saya sudah habis, kamu pulanglah. Dalam bakat pendidikan beliau sangat dibutuhkan.
Kombinasi Ideal Pendiri Ponpes Gontor
Menurut kami warna pendidikan pesantren selalu dilihat dari latar belakang pendirinya. Begitu pula dengan Gontor. Latar belakang pendidikan masing-masing pendiri pesantren membuat Gontor memiliki warna yang sangat berbeda.
Menurut kami kombinasi antara yang satu sebagai sosok perintis, seniman, yang satunya sebagai sosok birokratis, yang satu lagi sebagai sosok ahli pendidikan menjadikan Pondok Pesantren Gontor tumbuh dengan begitu pesat. Tiga pendiri pesantren Gontor ini selanjutnya disebut dengan Trimurti.
PanduanTerbaik.id
Sumber banyak diambil dari Wikipedia.com dan Gontor.ac.id