Metode pembelajaran klasik di pesantren sejatinya tidak lekang dimakan oleh waktu. Beberapa pesantren salaf masih melestarikan metode ini di tengah – tengah menjamurnya sistem pendidikan khalaf pesantren modern.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami tertarik untuk mengulas metode pembelajaran klasik di pesantren yang informasinya kami rangkum berdasarkan bacaan dari artikel, dan beberapa jurnal lainnya di internet. Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat bagi para pembaca.
Daftar Isi
Metode Pembelajaran Klasik di Pesantren
Metode pembelajaran klasik pertama di pesantren yang kami ulas adalah sorogan, yang jika ditelisik dari bahasa Jawa bermakna “sodoran” atau “yang disodorkan”.
Metode sorogan atau yang dikenal metode individual dalam pendidikan modern merupakan metode seorang kyai membacakan isi kajian kitab dan kemudian santri mengulangi atau mengutarakan pemahaman dari isi kitab yang telah dibacakan sebelumnya.
Metode pembelajaran ini membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan waktu yang sedikit lebih lama. Namun secara keunggulan, metode pembelajaran sorogan dinilai ampuh untuk mengukur kemampuan santri dalam memahami suatu ilmu dan membangun interaksi yang baik antara kyai dengan santrinya. Lebih lengkap tentang sorogan bisa dibaca di sini.
Metode Wetonan / Bandongan
Metode wetonan atau bandongan seringkali diartikan sebagai metode pembelajaran dalam bentuk kelas. Metode bandongan lebih menempatkan seorang kyai di dalam sebuah halaqoh yang berisi sekelompok santri (tidak terbatas).
Pada metode pembelajaran ini, seorang kyai lebih aktif dalam halaqoh karena membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan menyampaikan ilmu dari kitab – kitab berbahasa arab. Sedangkan santri takzim mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru / kyai.
Adapun kelebihan metode pembelajaran bandongan adalah praktis untuk mengajar santri dengan jumlah yang banyak, efesien untuk mengajarkan ilmu yang sulit dipahami, namun akan membosankan bagi santri yang pintar karena materi yang disampaikan berulang – ulang.
Metode Bahtsul Masa’il
Metode pembelajaran klasik di pesantren selanjutnya adalah metode bahtsul masa’il atau musyawarah. Metode pembelajaran bahtsul masa’il umumnya tidak jauh berbeda dengan metode diskusi atau seminar.
Metode bahtsul masa’il biasanya berupa halaqoh yang terdiri dari beberapa santri dan dipimpin oleh kyai / guru / atau santri senior kemudian mengangkat suatu problematika / masalah yang nantinya dikaji atau dibahas bersama – sama dan dicari solusi / jalan tengahnya.
Dengan metode pembelajaran bahtsul masa’il, santri dilatih untuk berpikir kritis ketika berdiskusi sehingga mampu memberikan jawaban yang logis dan bijak untuk kemaslahatan umat.
Secara khusus, metode pembelajaran bahtsul masa’il memang diperuntukkan santri dengan pemahaman dan kelas tingkat atas. Karena target dari pembelajaran ini adalah membentuk karakter santri yang demokratis, dinamis, dan berpikir bebas secara sehat.
Metode Pengajian Pasaran
Metode pembelajaran pengajian pasaran juga merupakan salah satu metode pembelajaran klasik di pesantren yang hanya bisa ditemukan dalam waktu khusus saja.
Metode ini berbeda dengan metode pembelajaran lainnya karena hanya dilaksanakan pada bulan puasa saja. Singkatnya metode pengajian pasaran merupakan kegiatan belajar santri dengan kyai yang mengkaji atau membahas materi / kitab tertentu selama waktu tersebut.
Metode pembelajaran pengajian pasaran sekilas mirip dengan bandongan, namun yang membedakan adalah durasi waktu pengajian kitab itu sendiri. Jika bandongan menitikberatkan pada pemahaman santri, maka pengajian pasaran pada pembacaannya.
Metode Nadzoman / Muhafazhah
Tampaknya ada yang kurang jika tidak mengulas metode pembelajaran yang satu ini. Metode nadzoman merupakan salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan santri lebih cepat menghafal atau memahami kandungan suatu ilmu dalam kitab dan sebagainya sehingga menjadikan proses belajar / mengaji menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Kata nadzom sendiri memiliki arti syair yang dilagukan. Ibaratnya ilmu pengetahuan yang disyairkan (menjadi bait – bait puisi) dan pembacaannya menggunakan irama tertentu. Misalnya ilmu nahwu dan shorof yang di-nadzomkan dalam kitab alfiyah / imriti menjadi sekian bait dan didalamnya sudah mencakup banyak penjelasan. Beberapa kitab lain yang di-nadzomkan seperti aqidatul awam, kitab alala, jauharotut tauhid, sullamul munawaroq, dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, metode pembelajaran nadzom seringkali disebut juga dengan metode muhafazah karena menghafal bait – bait syair.
Pembelajaran Istimewa
Terakhir metode pembelajaran klasik di pesantren yang satu ini adalah merupakan metode pembelajaran yang istimewa, yakni metode pembelajaran menjadi abdi ndalem.
Abdi ndalem itu apa sih? Di lansir dari pesantren.id, abdi ndalem merupakan orang yang secara suka rela / tulus ikhlas mengabdikan diri sepenuhnya untuk membantu kyai / bu nyai / keluarga pesantren.
Status abdi ndalem dalam pesantren adalah sama dengan para santri kebanyakan, hanya saja mereka memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan kyai. Ini yang langka dan sangat diidam – idamkan oleh santri lainnya.
Mengapa menjadi seorang abdi dalem yang berkhidmat pada kyai menjadi salah satu metode pembelajaran klasik yang istimewa? Jawabannya adalah karena keseharian abdi ndalem yang dekat dengan kyai.
Seperti berinteraksi secara langsung, mendengarkan petuah, cerita, atau ibrah yang mungkin tidak didapatkan santri lainnya, dan tentunya bisa mengambil hikmah bahkan ilmu dari kehidupan seorang kyai / bu nyai yang dilayaninya.
Ilmu yang didapatkan abdi ndalem bisa saja tidak sebanyak yang didapatkan santri yang mengaji sorogan atau bandongan dengan kyai, namun keberkahan / keridhoan kyai adalah wujud pembelajaran istimewa yang sulit didapatkan.