Saham terbaik di Tahun 2019 yang kami maksud adalah saham untuk jangka menengah. Investasi berakhir dalam jangka waktu satu tahun. Jika Anda tipe investor jangka panjang hingga lebih dari satu tahun, maka artikel ini tidak begitu bermanfaat.
Jika Anda tipe investor jangka pendek, artikel ini masih bisa dipertimbangkan. Karena bisa jadi ketika Anda masuk, selepas itu saham terbaik ini terbang, apalagi di tahun 2019 banyak hal mempengaruhi fluktuasi saham.
Tapi yang paling kami sarankan adalah tipe investor jangka menengah. Yaitu investor yang mau sabar menunggu waktu naik dan waktu turun. Juga tidak menunggu terlalu panjang sampai puluhan tahun. Apalagi kalau turun 5%-10% Anda masih tenang, maka saham terbaik di tahun 2019 versi panduanterbaik.id sangat cocok dipertimbangkan.
Pertimbangan kami dalam menetapkan ini bermacam-macam, tidak hanya fundamental perusahaan, tapi juga isu, kebijakan, dan keadaan global. Tentu saja apa yang kami tetapkan sebatas prediksi, bukan sebuah jaminan saham naik. Rekomendasi ini bisa sangat salah. Tapi bagi Anda yang ingin mempertimbangkan, kami berikan analisanya.
Yang harus diperhatikan, saham yang kami berikan fluktuatif, bukan seperti blue chip yang naik perlahan. Estimasi keuntungan antara 20%-80% dalam waktu tidak terlalu lama.
Daftar Isi
1. BDMN, Bank Danamon
Saham Bank Danamon ketika kami buat artikel ini berada di harga 4.850. Padahal di bulan April pernah menyentuh angka 10.000. Dalam jangka waktu empat bulan saja sudah terjun bebas lebih dari 50%. Alasannya adalah akuisisi Bank Jepang Mitsubishi UFJ atau seringkali disebut MUFG Bank yang mencapai 94.1%.
Sebenarnya dari sisi fundamental Bank Danamon menjadi sangat kuat. Namun demikian pihak asing tidak begitu suka dengan kepemilikan yang sangat dominan. Efeknya, terjadi penjualan besar-besaran, nilainya pun rontok sampai kurang dari setengahnya.
Persoalan lain adalah batas free float, atau saham yang beredar tidak memenuhi standard aturan BI yang seharusnya 7.5%. Posisi sekarang hanya sekitar 6%. Imbasnya, saham ini bisa disuspend. Maka inilah alasan semua pemilik saham dari ritel ngacir. Tapi di sinilah keberanian investor diuji.
Baca: Panduan Terbaik Investasi Saham
Pasti pihak Bank Danamon mendiskusikan hal ini, terkait aturan 7.5% free float. Hanya saja negoisasi dan lain sebagainya masih berlangsung. Jika batasan ini dilalui, saham Bank Danamon akan melesat. Investor sedang menunggu, tapi jika Anda berani, masuklah dari sekarang, karena harga masih rendah.
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah PBV Bank Danamon masih sangat kecil 1.13, bahkan Price to Sales masih 2.24. Bandingkan dengan bank lain, seperti Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPS), PBV sudah 5.53. Padahal keuntungan yang didapat BTPS setiap kuartal berkisar 300 miliar. Sedangkan BDMN keuntungan setiap kuartal berkisar 800 milyar. Oleh sebab itu rekomendasi kami untuk membeli jika masih di harga di bawah 5.300.
Saham ini sekarang juga posisinya kuat. Ketika IHSG memerah dengan nilai -0.5%, BDMN justru bertahan meski tidak naik. Logikanya, ketika IHSG menghijau, maka ia akan naik perlahan-lahan.
2. PGAS, Perusahaan Gas Negara
Saham terbaik di tahun 2019 yang kedua adalah PGAS. Ketika tulisan ini dibuat posisi saham Perusahaan Gas Negara di angka 1.960. Padahal dalam satu tahun PGAS pernah menyentuh angka 2.600, yaitu di bulan Februari. Angka tertinggi dari saham ini pernah menyentuh angka Rp6.050.
Saham PGAS ini unik. Karena meskipun banyak sentiment positif, seperti perluasan jalur, atau bahkan akuisisi Pertagas yang pada akhirnya PGAS seperti pemain tunggal dalam bisnis Gas, saham PGAS tetap adem ayem. Sepertinya asing dan pasar belum begitu tertarik. Salah satu sebabnya adalah naiknya hutang perusahaan. Di tahun 2017 sekitar 11 T menjadi 23 T di tahun 2018. Dan lagi saham perusahaan pemerintah di bursa saham tahun ini cenderung lesu, seperti BBNI yang turun, atau Krakatau Steel (KRAS) yang merosot sampai Rp332.
Namun demikian untuk jangka menengah PGAS tetap bisa menjadi pilihan bagus. Nah, saat ini keuntungan PGAS sedang jeblok, dijamin harga akan longsor pelan-pelan. Tunggu momentum yang tepat, dan cermati saja. Kalau harga di bawah 1600, ambil saja.
Pertimbangan lain, kebutuhan untuk Gas di Indonesia semakin meningkat, tinggal memperluas jaringan masuk ke wilayah-wilayah daerah untuk menyalurkan Gas. Kota besar saja belum semuanya. Asal jangan terlibat korupsi saja. Hehehe…
Kemungkinan ketika keadaan ekonomi sudah stabil, harga saham akan terkerek perlahan. PGAS pada akhirnya akan menghadirkan cuan untuk Anda.
3. BMTR, Global Mediacom
Saham rekomendasi di tahun 2019 yang ketiga adalah PT. Global Mediacom Tbk, atau biasanya memiliki nama BMTR. Profil perusahaannya bergerak di bidang media. Bahkan TV berlangganan, portal online dan internet di bawah BMTR. Kalau melihat saham MNCN, maka induknya adalah BMTR.
Bahkan MNCN mengelola empat stasiun televisi nasional, RCTI, MNCTV, GTV dan iNews. Juga mengelola TV berbayar. Artinya secara usaha memiliki prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang.
Anehnya sahamnya BMTR justru berada di bawah harga standard. Padahal dari sisi fundamental cukup kuat. Bisa dilihat dari keuntungan yang terus menanjak, kuartal pertama 264 milyar, kemudian di kuartal kedua 334 milyar. Laporan keuangannya pun cepat keluar.
Memang perusahaan yang berada di bawah naungan Harry Tanoe sangat mudah tergoyang isu. Apalagi Harry Tanoe sering muncul di televisi, oleh sebab itu harus sering baca koran untuk menganalisa saham yang satu ini, hehehe.
Untuk Price to Book Value masih 0.51. Artinya harga wajarnya berada di posisi dua kali lipat sekarang. PER-nya masih di angka 4.4. Artinya harganya cukup murah. Tinggal diserok.
Pada saat kami menulis harga saham BMTR berada di angka 372. Pemain ritel sangat mudah untuk bisa masuk. Jika Anda masih menemukan harga saham di bawah 400, rekomendasi kami beli. Target untuk jangka menengah bisa mencapai keuntungan 30-80%. Oleh sebab itu kami masukkan ke dalam salah satu saham terbaik di tahun 2019.
4. ADRO, Adaro Energy
Kalau emiten yang satu ini sangat menantang. Ini adalah perusahaan di bidang Batu Bara. Tapi ingat, analisa kami adalah jangka menengah. Batu bara adalah sektor yang berisiko. Tapi sektor ini sulit dinafikan karena menyediakan bahan bakar energi. Banyak pembangkit di Indonesia menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Di Indonesia ketergantungan pembangkit listrik terhadap batu bara cukup tinggi. Bahkan McKinsey memperkirakan permintaan batu bara akan meningkat hingga 17 kali lipat pada tahun 2030 jika pertumbuhan ekonomi solid. Jika setengahnya saja, permintaan sudah akan naik terus.
Baca: 7 Investasi Terbaik untuk Masa Depan
Hanya saja, emiten batu bara memang sangat sentiment dengan isu di luar. Lingkungan, hingga polusi, dan lain sebagainya. Bahkan harga batu bara dunia juga sangat mempengaruhi kinerja emiten.
Nah di tahun 2019, harga batu bara lagi roboh. Anjlok. Artinya jika Anda seorang investor, tinggal serok, sekarang berada di posisi 1.100. Padahal Price to Book Value perusahaan ini adalah 0.66. Masih sangat murah dan pas sedang murah-murahnya. Jika masih menemukan harga di bawah 1.200, ambil untuk investasi jangka menengah. Kemungkinan bisa kita jual di angka 1.800.
Meskipun perusahaan batu bara cukup banyak, tapi kami memilih ADRO sebagai target investasi. Alasannya adalah, ADRO adalah perusahaan batu bara yang paling lengkap usaha dari bidang hulu hingga hilir. Menyadari bahwa persaingan harga batu bara anjlok, ADRO kini mulai fokus kepada usaha pembangkit tenaga listrik. Oleh sebab itu bisa jadi ADRO akan menjadi perusahaan batu bara terbesar di ASIA Tenggara.
Bahkan Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, menjelaskan, “ADRO adalah perusahaan dengan margin laba yang paling baik dengan utang yang terkontrol paparnya. Target harga ada di level Rp1.800 per saham.”
5. ASII, Astra International
Saham terbaik di tahun 2019 selanjutnya adalah ASII. Mungkin Anda menganggap, lho, saham ini sedang anjlok terus. Ingat, ini hanya rekomendasi satu tahun. Justru saat inilah saat yang tepat untuk masuk di saham salah satu perusahaan terbaik di Indonesia.
Astra merupakan holding besar yang bergerak tidak hanya di bidang Automotif saja, dan hanya satu merek saja. Astra adalah perusahaan yang bergerak sebagai satu ekosistem. Contoh, penjualan mobil memegang merek Toyota, Daihatsu, dll. Kemudian jika rusak, Astra memiliki anak perusahaan AUTO yang fokus pada sparepart. Kemudian jika pembeli tidak sanggup cash ada jasa keuangan Astra Finance. Tuh, satu ekosistem besar yang mengagumkan.
Ancaman bagi perusahaan yang satu ini adalah faktor kebijakan dan faktor pesaing dari luar. Contoh, kebijakan terkait mengurasi polusi, maka kendaraan bermotor akan dibatasi jangka waktunya. Tapi ingat, lain bos lain kebijakan. Kalau pun dikurangi, jangka waktunya, berarti orang cepat beri mobil baru. Bahkan kebijakan ganjil genap juga akan menjadikan mobil-mobil kecil dari Astra akan diserbu oleh pelanggan.
Hanya saja sentimen pasar akan hadirnya pesaing mobil baru patut diberi perhatian. Tapi membangun ekosistem perusahaan mobil tidak mudah. Korea dengan Hyundai dan KIA, sayup-sayup, mobil China masih belum kuat. Tapi ASTRA sesungguhnya bukanlah produsen, tapi perusahaan dagang. Jadi jangan khawatir. Hehehe.
Jika menemukan harga Astra di bawah 6.800, saran kami beli. Masih ada potensi naik hingga angka 8.400. Tetap hold kuat-kuat. Nunggu bergairah. Kemudian jual pada saat yang tepat. Terlebih PBV-nya masih 1.98, masih dikatakan normal dibandingkan perusahaan-perusahaan favorit di Indonesia yang sudah lebih dari angka 2.
6. EMAS
Jika Anda salah satu yang tidak gemar dengan risiko besar. Di tahun 2019 serbulah emiten-emiten yang ada sangkut pautnya dengan Emas. Kami sengaja tidak menyebut salah satu emiten sebagai favorit, tapi bisa dicoba antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Alasan utamanya adalah meruncingnya perang dagang di banyak Negara. Amerika Serikat Vs China, Korea Selatan Vs Jepang, dan mungkin menyusul yang lainnya. Saat perang dagang gencar digalakkan, maka yang akan menjadi korban adalah mata uang. Bahkan yang terbaru, mata uang China konon dirontokkan agar mendongkrak nilai barang ekspor.
Jika sudah perang mata uang, semua akan kembali mencadangkan emas. Faktanya, banyak Negara-negara maju justru memiliki cadangan devisa cukup besar. Mereka tidak mencadangkan di crypto, atau investasi lainnya. Amerika Serikat sampai memiliki 8.133 ton. Jumlah ini mencapai 74% dari total cadangan devisa. China memiliki 1.874 ton atau hanya 2.5% dari total cadangan devisa Negara.
Faktanya dalam setahun ini harga saham emiten emas mengalami fluktuasi luar biasa. Antam pernah menyentuh di angka 600-an, tapi ketika perang dagang memanas bisa mencapai angka 1000-an. HRTA lebih sadis, seperti tidur di harga 250-an, ketika perang dagang tinggi tensinya, langsung naik di angka 350-an. MDKA lebih prospek, tapi kalau tidak turun jangan dibeli, hehehe, awal tahun di angka 3000-an, ketika ditulisnya artikel ini sudah mencapai angka 5.500-an.
Tinggal pilih ya gan. Dan pilih start harga terbaik, baca Koran, harga akan naik untuk cuan.
7. CPIN, Charoen Pokphand Indonesia
Yang selanjutnya adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Perusahaan ini bergerak dalam bidang agribisnis di Indonesia. Seperti layaknya ADRO di batu bara, CPIN adalah perusahaan integral dalam bidang Ayam. Dari pakan ternak, pengembangbiakan, pengolahan, dan lain-lain.
Meskipun ada perusahaan lain sejenis seperti MAIN dan JPFA, tapi kami lebih cenderung ke CPIN karena menurut kami kondisi keuangan cukup bagus. JPFA memiliki keuntungan yang baik, tapi free cash flownya minus. CPIN, masih surplus.
Di 2019, mengapa harganya anjlok adalah import ayam dari Brazil. Banjir impor akan menggerus pasar. Tapi coba berpikir jernih, ini isu semenjana. Emak-emak Indonesia lebih menyukai daging segar dibandingkan dengan daging beku.
CPIN juga fokus dalam pengembangan pakan ternak. Bahkan di tahun ini ekspansi besar untuk membangun fasilitas produksi pakan, sehingga otomatis income bertambah besar karena akan ada tambahan kapasitas produksi 1 juta ton pertahun. Ketika tulisan ini dibuat saham CPIN berada di posisi 4.600. rekomendasi kami beli jika berada di harga di bawah Rp. 4800, kalau sudah di atas itu, mending wait and see. Karena kemungkinan sudah merangkak menuju Rp. 7.500. Oleh sebab itu kami masukkan ke dalam salah satu saham terbaik di tahun 2019.
Inilah beberapa saham terbaik di tahun 2019. Ini hanya analisa, tidak menjamin trading Anda. Tapi kami sudah memberikan alasan detilnya. Jika masuk akal, silakan dibeli, kemudian kita berdoa menunggu saham tersebut naik perlahan.