15 Panduan Memahami Karakter Millenial

Posted by

Hadirnya era millenial juga menghadirkan kaum millenial. Jumlahnya pun sangat besar, sehingga siapa pun akan menjadikan millenial sebagai objek pemasaran dan sebagainya. Namun demikian ternyata gerak-gerik kaum millenial tidak mudah dipahami. Ini yang menjadi tantangan besar.

Oleh sebab itu pada ulasan kali ini kami ingin memberikan panduan berupa cara memahami karakter millenial. Karena ketika kita memahami sikapnya, maka dengan kata lain kita sudah memahami kemauannya, sehingga akan mudah melakukan tindak lanjut untuk mereka. Di sini kami memberikan beberapa nilai penting untuk memahami dan tahu cara menyikapi generasi millenial.

Siapa Generasi Millenial?

Generasi millennial sebenarnya merujuk pada tahun kelahiran. Millenial artinya yang memiliki masa keemasan di millennium, yaitu abad 21, yang dimulai pada tahun 2000. Oleh sebab itu generasi millennial berarti yang lahir sebelumnya dan memiliki masa muda di era millennial.

Maka Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi dalam buku Millenial Nusantara menyebutkan bahwa Generasi Millenial adalah mereka yang lahir pada 1981-2000. Rata-rata peneliti mengelompokkan demikian.

Namun dari kelahiran 1980 hingga 2000 bisa terbagi menjadi dua. Pertama 1981-1990, generasi ini mengalami era teknologi dan gadget di masa mereka sudah dewasa. Generasi ini merasakan transisi yang tepat, di mana tahu era sebelum Gadget menjadi dewa, dan tahu setelahnya.

Sedangkan selepasnya, 1991-2000, mereka dewasa di mana teknologi dan gadget sudah menjadi nyawa kehidupan manusia. Di sinilah generasi Millenial sudah masuk pada masa-masa totalitas ketergantungan terhadap teknologi. Generasi ini tahu era sebelumnya tapi tidak begitu fasih. Lebih fasih kepada era teknologi dan gadget.

Generasi millennial juga disimbolkan dengan huruf Y. Di mana selepasnya disimbolkan dengan generasi Z. Alasan mengapa menggunakan symbol Y belum bisa kami temukan. Namun dugaan kami karena generasi millennial berada pada ujung transisi pergantian generasi antara era 3.0 menuju era 4.0. sehingga menggunakan alfabet hampir akhir.

Uniknya adalah meskipun generasi selepas millennial memiliki istilah lain, generasi Z dan Alfa, tapi identitas yang paling dikenal adalah generasi millennial. Hal ini karena sifat dari generasi yang dimulai dari generasi millennial tidaklah jauh berbeda. Perbedaan kontras terjadi dari generasi sebelum dan sesudah 1980. Oleh sebab itu panduan memahami karakter generasi millennial cukup penting.

Internet Adalah Nyawa Generasi Millennial.

Era millennial memiliki ciri-ciri internet sebagai sumber kehidupan. Ketika kita akan mencari sesuatu, maka internet sebagai rujukan. Ketika kita ingin membeli sesuatu akan mencarinya di internet. Bahkan ketika kita ingin belajar sesuatu, yang dicari adalah internet. Inilah ciri-ciri generasi millenial.

Oleh sebab itu di era millennial banyak filosofi semacam “Lebih baik ketinggalan istri dari pada handphone”, karena semuanya ada pada handphone yang terhubung dengan internet. “Lebih baik beli kuota daripada beli pulsa” karena semua di internet tergantung kuota data.

Maka segala hal yang menyangkut internet menjadi pusat konsumsi. Bahkan setiap orang seperti wajib memiliki handphone meskipun belum punya kendaraan.

Meskipun demikian, inti dari internet yang sesungguhnya adalah percepatan informasi. Ketika belum ada internet berita di Jakarta akan diketahui lima jam selepasnya, tapi setelah ada internet semua langsung diketahui dalam jangka waktu menit bahkan detik. Viral sesungguhnya adalah percepatan informasi. Maka pilihan di era millennial yang sesungguhnya hanya tiga, menjadi objek informasi, menjadi penyedia informasi, atau menjadi jembatan informasi. Sayangnya generasi millennial tidak banyak yang memahami hal ini. Sehingga menggerakkan kami untuk menulis panduan memahami karakter millennial.

merk hp terbaik

Eksistensi adalah Karakter Millenial

Ketika internet menjadi nyawa dan informasi berlari sangat kencang, maka segala sesuatu mudah viral. Selepas viral eksitensi seseorang menjadi diakui di banyak lini. Seperti Norman Kamaru yang naik karena video lagu Chaiya dan lain sebagainya. Pada akhirnya menjadi artis meskipun tidak lama kemudian redup.

Generasi millennial menganggap eksistensi adalah hal yang wajib. Zaman dulu akan dianggap kuno kalau belum punya sneakers, tapi zaman sekarang akan dianggap sangat ketinggalan ketika tidak memiliki media sosial. Alasannya, tidak punya eksistensi.

Tujuannya sangat sederhana, ketika eksistensi semakin tinggi, maka orang tersebut semakin terkenal. Sehingga akan banyak diundang, dan pada akhirnya menghasilkan uang. Begitulah yang ada dalam pikiran.

Eksistensi menjadikan seseorang juga dianggap naik kelas. Contoh ketika followers sudah banyak dianggap sudah terkenal, artis. Ketika sudah terkenal, gaya hidup semakin tinggi, weh, sudah banyak uang. Pujian-pujian demikian sangat digemari anak generasi millennial. Itulah salah satu karakter millenial.  

Oleh sebab itu di mana pun berada mereka lebih sibuk dengan kegiatan untuk eksis daripada kegiatan utama. Contoh ketika makan, mereka lebih menyukai foto makanan dan foto di mana tempat mereka berada, sedangkan aktivitas makannya menjadi hal yang sangat biasa.

Maka segala sesuatu yang menunjang eksistensi mereka akan dicari generasi millennials. Contoh tempat makan dengan latar dan pemandangan yang bagus akan lebih dicari meskipun sajian utama makanannya biasa. Begitu juga dengan tempat wisata. Jika pernah ke Lembang, maka pengalaman berwisata sesungguhnya sudah berkurang, lebih banyak pemandangan dan spot untuk berfoto. Inilah karakter millenial.   

Menyukai Trend – Ciri-ciri Millenial

Eksistensi yang begitu utama menjadikan generasi millenial menyukai trend. Segala sesuatu yang sedang trend akan diburu oleh generasi millennial. Bahkan sampai jaket Gojek dengan logo baru pun dibeli meski bukan dari Gojek.

Trend yang dimaksud adalah yang banyak beredar di internet, dan banyak dipakai oleh pemilik akun media sosial dan artis. Bahkan brand hp Realme yang baru saja beredar, sudah langsung menggebrak karena banyak dipakai pengguna media sosial. Padahal jarang ada iklan di televisi.

Dulu orang akan melihat pemandangan antri untuk memberi barang yang super murah. Diskon besar. Tapi sekarang semua itu berbalik. Kita melihat orang rela antri demi menjadi pemilik pertama untuk barang dengan harga yang sangat mahal. Contoh iphone, sneakers dari beragam merek.

Trend pada akhirnya bersangkutan dengan brand. Brand-brand mapan akan mengeluarkan produk yang membuat trend. Meskipun kemudian namanya langsung redup, hanya sesaat, tidak menjadi masalah. Yang terpenting ikut hits.

Bahkan bagi siapa saja yang mengikuti gaya terkini untuk generasi millennial ada istilahnya sendiri, yaitu Hypebeast. Lihat saja bagaimana anak muda zaman sekarang, ketika ditanya berapa biaya untuk berpakaian dari ujung kepala hingga ujung rambut, jawabannya bisa mencapai jutaan. Gila!!! Inilah karakter millenial yang patut kita pahami.

Gadget adalah Gaya

Satu lagi yang menjadi identitas adalah gadget. Generasi millennial sangat menyukai gadget. Alasannya sederhana, menunjang eksistensi mereka di dunia nyata dan di dunia maya. Maka bisa jadi ada office boy handphonenya Samsung A50 atau bahkan lebih.

Gadget juga tidak terbatas di handphone saja, tapi juga banyak aspek. Mulai dari jam tangan digital, kemudian headset, kamera mirrorless, laptop, atau lain sebagainya. Sehingga ketika melihat generasi millennials hampir bisa dipastikan mereka memiliki interaksi yang lama dengan gawainya masing-masing.

Di sinilah mengapa memiliki gawai menjadi wajib. Mereka anggap hp atau gadget tidak sebatas alat, tapi juga teman. Pilih sebagus mungkin dan senyaman mungkin. Buktinya, ketika mereka duduk bersama dengan teman-temannya, mereka tetap lebih asik dengan gawainya.

Instagram dan Youtube bagi Millenial

Generasi millennial juga sangat akrab dengan instagram dan youtube. Dua media sosial ini punya pengaruh sangat besar terhadap kehidupan generasi Y. Memang dua kanal ini mengunggah eksistensi lebih cepat. Instagram menggunggah foto, youtube mengunggah video. Maka facebook menjadi redup. Apalagi untuk generasi Z dan generasi Alfa.

Tapi tidak hanya itu yang menjadikan Instagram dan Youtube menjadi pusat perhatian generasi Y, tapi keduanya dikenal menghadikan penghasilan secara instan. Sederhananya tinggal mejeng dapat uang.

Instagram membuat orang bisa memberikan endorsement dan dibayar. Youtube bahkan bisa menghasilkan uang dari iklan-iklan yang tampil. Inilah yang menjadi daya tarik utama. Tidak perlu terlalu lama untuk berusaha, tapi bisa menghasilkan pundi dolars.

Di sinilah mengapa generasi millennial mengharap viral. Karena ada efek akumulatif yang didapatkan. Ketika follower banyak, endorsement semakin mahal. Ketika subscribers banyak, viewers semakin tinggi, iklan juga akan semakin banyak kemungkinan ditonton. Inilah karakter millenial.

Kreatifitas Tinggi Generasi Millenial.

Harapan viral menjadikan generasi millenials memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka mencari banyak cara untuk menghadirkan konten-konten yang digemari pengguna internet. Banyak akal, kolaborasi bersama teman-teman.

Namun juga terkadang, kreativitas hadir tanpa etika. Ini yang kemudian kebablasan. Yang penting hanya viral. Contoh seperti naik motor melewati kuburan. Tentu viral, tapi disebabkan karena tidak banyak yang menyukai itu. Atau yang paling populer adalah kasus ikan asin.

Yang seringkali dilupakan adalah, viral akan terjadi ketika menyebarkan ilmu dan informasi kebaikan.

Nilai Lebih Generasi Millenial. Kolaboratif.

Uniknya untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif, generasi millennials sudi untuk kolaborasi. Tapi dengan catatan tidak ada tekanan. Mereka mengerjakan itu dalam keinginan sendiri dan dalam kehendak sendiri.

Maka jika Anda ingin sukses mengerjakan sesuatu bersama anak millennial cukup berikan target tapi jangan diberikan cara mencapai target itu. Biarkan mereka berpikir sendiri. Mereka sangat menyukai itu. Mereka akan membuat tim kecil, kemudian memacu hingga mencapai pada titik tertentu.

Nilai Negatif Generasi Millenial. Ingin Instan

Inilah hal yang paling dicintai millennial. Karena adanya teknologi dan kecepatan informasi, dalam sudut pandang mereka, segala sesuatu bisa cepat dicapai. Youtube, bisa cepat viral, cepat dapat uang. Instagram juga demikian. Tapi pada akhirnya juga disamakan ke dalam hal lain.

Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan usaha keras dalam sudut pandang millennials bukanlah hal yang menyenangkan. Atau proses yang terlalu panjang, mereka tidak begitu tahan. Padahal semuanya membutuhkan kerja keras.

Hal ini disebabkan tidak hanya karena media sosial, tapi juga karena banyak berita beredar tentang kesuksesan seseorang di masa muda. Mereka tidak berpikir dimulainya kapan, sudah berapa tahun, yang terpenting adalah masih muda sudah sukses, mereka mengincar hal tersebut.  Tidak susah kerja tapi mudah jadi kaya. Ini adalah salah satu aspek negatif dari karakter millenial.

Cepat Bosan

Ini pengalaman kami pribadi dalam mengelola generasi millennials. Mereka tidak bisa bekerja dalam satu kegiatan rutin yang berlangsung lama dan berulang-ulang. Cepat bosan. Mereka tidak menyukai hal-hal yang stagnan. Justru naik turun keadaan menjadi hal yang mereka sukai.

Sehingga yang mereka butuhkan sesungguhnya adalah tantangan. Bagi perusahaan ini adalah hal menarik, jangan pernah memberikan mereka pekerjaan yang biasa-biasa saja. Mereka akan cepat bosan. Tapi berikan tantangan-tantangan yang membuat mereka tergerak untuk aktualisasi diri. Tapi sekali lagi jangan didikte caranya, biarkan mereka mencari kreasi.

Mengapa bisa demikian, generasi millennial menyukai yang namanya aktualisasi diri. Membuktikan bahwa mereka adalah pemenang. Membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik.

tempat wisata terbaik di Batu Malang
Foto IG:@elisabethayudya – memahami karakter millenial dan ciri-ciri generasi millenial

Passion Is a Goal of Life

Passion adalah sesuatu yang disukai. Mereka sangat ingin bisa bekerja dalam bidang yang mereka senangi. Sederhananya mereka berpikir “Bekerja sekaligus bersenang-senang”. Inilah yang menjadi impian dan karakter millenial. Tidak peduli seberapa susah mereka mencapai untuk ini. Sehingga bisa jadi mereka akan tidur subuh bangun siang untuk lembur semalaman.

Tapi yang disayangkan adalah mereka pada akhirnya tidak memahami struktur pekerjaan. Bekerja harus sosialisasi untuk mendapatkan job. Mereka mendewakan online, update status kemudian pada akhirnya job itu didapatkan dari Gawai yang mereka pegang.

Padahal tidak demikian. Bekerja memiliki tahapan di mana kita harus menjual kemampuan melalui penawaran, dan penawaran paling berkesan adalah ketika kita bisa bertemu seseorang.

Oleh sebab itu generasi millennial sangat tekun mendalami apa yang mereka sukai, mereka menjadi istimewa, tapi salah satu kemampuan yang lemah adalah menjual kemampuan yang mereka miliki.

Kemampuan Komunikasi Generasi Millenial

Dikarenakan generasi millennial memiliki interaksi lebih dengan komputer, gawai, dan lain sebagainya, maka kemampuan berkomunikasi secara langsung dengan orang tidak begitu bagus. Menyampaikan suatu pesan tidak tepat, hubungan pada akhirnya tidak begitu bagus. Karakter Millenial tidak mudah bersosialisasi dalam komunikasi aktif.

Biasanya adalah canggung, kemudian bingung harus berkata apa, dan pada akhirnya tidak tepat ketika berbicara. Inilah yang harus diantisipasi oleh orang tua dari generasi millennial. Padahal komunikasi adalah kemampuan utama untuk banyak kepentingan.  

Tidak Gemar Menabung

Eksistensi yang dibutuhkan oleh generasi millennial menjadikan mereka sulit menabung. Bahkan cenderung berhutang. Kebutuhan hidup untuk bisa berswafoto di tempat-tempat yang bagus membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Butuh biaya begitu besar.

Tapi generasi millennial mengganggap hidup itu harus dinikmati. Suka-suka mereka ingin melancong ke mana. Oleh sebab itu kekuatan finansial generasi millennial cukup besar. Mereka bisa mencari, tapi juga menghabiskan dalam sekejap. Tapi masalah menabung sangat kecil.

Kemudahan bertransaksi di era millennial seperti sekarang menjadikan uang yang ada di rekening tidak bisa bertahan lama. Transaksi yang terjadi cukup deras. Bagi pengusaha ini adalah unsur yang menguntungkan, tapi bagi pribadi, ini cukup mengkhawatirkan bagi masa depan. Ini juga termasuk karakter millenial. Padahal setiap orang harus mulai berinvestasi dari sekarang.

Suka Pengalaman Pribadi

Generasi millennial menyukai yang namanya pengalaman personal. Maka yang dicari kalau mencari produk adalah pengalaman orang memakai. Atau pengalaman seseorang merasakan sesuatu.

Lebih jauh lagi, mereka juga pada akhirnya menyukai travelling. Menggali pengalaman pribadi jauh lebih diutamakan. Jalan-jalan ke mana, kemudian sampai di pedalaman apa, menjadi aspek cukup bermakna. Tidak hanya persoalan eksis, tapi juga persoalan kepuasan personal, It’s My Life.

Memahami Strawberry Generation

Ini istilah yang disebut oleh Prof. Rhenald Kasali. Strawberry artinya adalah sesuatu yang terlihat sangat indah sekali, dipandang oleh mata bahkan dipegang. Namun demikian strawberry punya arti juga bahwa buah tersebut ketika dicoel mudah rapuh.

Generasi Millennial punya satu pekerjaan besar yang harus dioptimalkan, yaitu daya tahan. Motivator di Youtube menyampaikan, semua ini kesalahan secara akumulatif. Salah satunya juga karena pendidikan orang tua yang mendidik mereka agar tidak pernah jatuh, padahal jatuh itu perlu, sehingga mereka menginginkan instan, menginginkan cepat, dan tidak percaya dengan yang namanya kegagalan.

Inilah beberapa panduan memahami karakter millennial yang bisa dijadikan rujukan. Tulisan ini berdasarkan hasil bacaan, pengalaman pribadi tim panduanterbaik.id dan beragam informasi tambahan lainnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *