Sistem pendidikan pesantren di Indonesia cukup dinamis sekali. Jika kita kenal slogan dari Ki Hajar Dewantoro, yaitu Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Maka kita pahami bahwa ada tiga unsur utama pendidikan.
Tiga bagian proses itu adalah memberi contoh, membangkitkan semangat, dan memberi dorongan. Ketiga bagian ini terangkum cukup baik di pesantren melalui kyai sebagai teladan, sekaligus memberikan semangat, bahkan memberikan dorongan.
Pakar pendidikan menyatakan tiga bagian pokok dalam sistem pendidikan adalah masukan atau input, proses usaha pendidikan, dan hasil pendidikan. Dengan sistem asrama pesantren mampu mengaplikasikannya dengan baik. Terutama di proses yang ditangani selama dua puluh empat jam di asrama.
Daftar Isi
Sekilas Pendidikan Nasional
Sebelum lebih jauh membahas sistem pendidikan pesantren, maka kita ulas sedikit tentan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan Indonesia telah diatur dalam undang-undang. Ketentuan negara tersebut berapa UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut undang-undang tersebut, jalur pendidikan yang ada di Indonesia adalah pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.
Sistem pendidikan Indonesia memiliki tingkatan sesuai level perkembangan peserta didik, kemampuan yang ditingkatkan, dan tujuan yang hendak diraih. Jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga, yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
Lembaga pendidikan negeri dikelola oleh pemerintah, lembaga pendidikan swasta dikelola oleh swadaya masyarakat atau lembaga berbadan hukum seperti yayasan. Lembaga dengan sumber finansial yang kuat umumnya menyelenggarakan sistem pendidikan mulai tingkat dasar sampai pendidikan tinggi.
Contoh dua lembaga besar yang memiliki sistem pendidikan kuat adalah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Dulu orang mengenal pendidikan formal lebih banyak disentuh oleh Muhammadiyah, sedangkan pendidikan pesantren lebih banyak oleh Nahdlatul Ulama, tapi sekarang semuanya sudah fokus dalam pendidikan formal dan pesantren.
Sistem Pendidikan Pesantren
Dalam catatan sejarah, sistem pendidikan pesantren di Indonesia sudah ada sejak abad 16. Kebanyakan berdirinya suatu pesantren diawali seorang ulama yang menyebarkan agama, kemudian mendirikan pusat pendidikan untuk mendukung penyebaran agama itu.
Pada umumnya, sistem pendidikan pesantren memiliki lima komponen, yakni adanya pondok atau asrama tempat tinggal para santri, masjid sebagai pusat aktivitas keagamaan dan pendidikan, pengajaran kitab-kitab klasik, para santri, dan kiai.
Pada masa penjajahan, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling dekat dengan rakyat jelata. Saat ini, pesantren di Indonesia sudah dinikmati seluruh kalangan sosial ekonomi.
Yang menakjubkan, jumlah pesantren di Indonesia pada awal tahun 2021 sudah mencapai 31.385 ponpes dengan jumlah santri sekitar 4,29 juta orang. Pesantren telah menjadi sistem pendidikan yang kuat di Indonesia.
Pembaruan Sistem Pesantren
Pembaruan sistem pendidikan adalah pembaruan komponen pendidikan yang terdiri dari kurikulum, metode pengajaran, tujuan, sarana prasarana, dan lain-lain. Sebagai contoh, ada riset ilmiah oleh peneliti UIN Kalijaga, Toto Hendarto yang menjabarkan pembaruan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Ponorogo.
Pembaruan terjadi pada kurun 1936-1963. Latar belakang pembaharuan sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor adalah keinginan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan.
Awalnya, pesantren Gontor yang hanya mengajarkan ilmu pengetahuan agama, dianggap belum bisa melahirkan alumni yang tangguh dalam segala bidang. Maka dari sini, pesantren Gontor mengubah sistem pendidikannya dengan mengintegrasikan sistem pesantren dengan sistem madrasah. Di sinilah dinamisme sistem pendidikan pesantren.
Tujuan dari integrasi adalah untuk saling melengkapi dan mengisi, sehingga pada akhirnya pendidikan di Pondok Gontor dapat menghasilkan output yang maksimal, yaitu orang yang pandai agama dan tidak bodoh pengetahuan umum serta berguna bagi agama, masyarakat, dan bangsa. Kurikulum Gontor bisa dibaca di sini.
Aspek-aspek yang diperbarui adalah sistem pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan, materi, metode pengajaran, bahasa serta ditanamkan nilai-nilai yang disebut sebagai panca jiwa pondok modern.
Contoh ponpes lain yang melakukan pembaruan sistem pendidikan pesantren adalah Ponpes Sidogiri. Ponpes ini didirikan pada 1745. Ponpes mendirikan madrasah pada 1938. Sebelum pondok pesantren (ponpes) di tanah air marak mengajarkan wirausaha kepada para santrinya, Ponpes Sidogiri sudah lama mendahului.
Ponpes Sidogiri memulai pelajaran wirausaha pada pertengahan 1961. Kini, ponpes memiliki sedikitnya kompoenen bisnis sejumlah 10 unit usaha diberi merek ‘Santri’. BMT saat didirikan pada 1997 hanya bermodalkan Rp13,5 juta. Informasi lengkap tentang BMT Sidogiri bisa dibaca di sini.
Tapi kini gurita usahanya terus membesar. Komponen bisnis Sidogiri lewat Kopontren juga luar biasa. Kopontren Sidogiri membangun puluhan jaringan gerai ritel, terutama di wilayah Pulau Madura. Seluruh bisnis Sidogiri itu telah menyerap sedikitnya 1.300 tenaga kerja.
Sistem pendidikan di Indonesia terus berkembang. Berbagai lembaga pendidikan terus melakukan inovasi pada aneka komponen pendidikannya, dengan tujuan yang sama bahwa pendidikan ini dapat sejalan dengan kebutuhan zaman.
Yang menarik adalah setiap pondok memiliki sistem pendidikan pesantren yang khas. Yang terkadang justru menjadi branding lembaga pendidikan secara natural. Baca artikel kami tentang bagaimana lembaga pesantren membangun brand secara tidak sadar di link ini.